DPR Apresiasi Kemenlu Terkait Pemanggilan Duta Besar Prancis untuk Indonesia

- 28 Oktober 2020, 14:34 WIB
Wakil Ketua Fraksi PKS yang juga Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta.
Wakil Ketua Fraksi PKS yang juga Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta. /ANTARA/Dok.PKS/am
 
PR INDRAMAYU – Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta memberi apresiasi terhadap langkah Kementerian Luar Negeri, yang memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia.
 
Dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang telah menyudutkan agama Islam.
 
"Saya mengapresiasi positif kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia yang telah memanggil Duta Besar Prancis pada Selasa, 27 Oktober dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis," kata Sukamta di Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2020.
 
 
Sukamta berharap pemerintah Indonesia proaktif, untuk berkomunikasi dengan negara – negara anggota OKI atau Organisasi Kerja Sama Islam.
 
Mendorong ada pernyataan bersama oleh organisasi tersebut untuk mengecam pernyataan Macron.
 
Dia meminta pemerintah melalui KBRI di negara – negara Eropa juga meningkatkan pengawasan dan penjagaan kepada masyarakat Indonesia yang berada di sana.
 
 
"Karena sangat mungkin ucapan Macron itu akan meningkatkan kekerasan kelompok ultra kanan kepada kaum muslimin dan imigran," ujar anggota Komisi I DPR itu.
 
Dinukil PikiranRakyat-Indramayu.com dari Antaranews, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI mengecam pernyataan Emmanuel Macron pada Jumat, 23 Oktober yang menyudutkan agama Islam.
 
Serta membiarkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah Charlie Hebdo.
 
 
Menurutnya, ucapan itu menunjukkan pikiran Macron kerdil, dan dapat membahayakan upaya membangun dunia yang harmonis.
 
"Simbol agama adalah sakral bagi pemeluknya. Bagi umat Islam, Nabi Muhammad SAW adalah sosok paling penting. Ucapan Macron jelas melukai hati umat Islam di seluruh dunia, kita sangat marah atas penghinaan ini," katanya.
 
Pernyataan Macron, dinilai telah memantik Islam fobia,  juga mendorong kebencian terhadap kebencian terhadap pemeluk agama.
 
 
Sehingga ucapannya telah menodai prinsip – prinsip kebebasan dan nilai – nilai universal.
 
Menurut Sukamta, yang lebih memrihatinkan ucapan Macron adalah sangat tendensius. Dan dia menduga Macron sedang berupaya mendapat dukungan politik dari kelompok sayap kanan dan ekstrem kanan di Prancis.
 
"Beberapa analisa menyebut tujuan Macron adalah terpilih kembali pada 2022, maka dia membuat isu soal keamanan yang selama ini menjadi titik lemahnya," ujarnya.***
 

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x