Sejarah Supersemar: Ini 6 Poin yang Perlu Diketahui dari Supersemar 11 Maret 1966

1 Maret 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi. Surat perintah sebelas maret (Supersemar). /Pixabay/nile

PR INDRAMAYU – Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret adalah salah satu peristiwa bersejarah milik Indonesia.

Setiap tanggal 11 Maret, masyarakat Indonesia selalu diingatkan dengan keluarnya Supersemar pada 11 Maret 1966.

Sejarah yang menceritakan adanya pemindahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto masih terus dikenang hingga saat ini.

Baca Juga: Diduga Terima Uang Suap Proyek Infrastruktur Sebesar Rp5,4 Miliar, Gubernur Sulsel Nurdin Resmi Jadi Tersangka

Bahkan, munculnya beberapa versi serta kabar simpang siur mengenai kejelasan peristiwa Supersemar masih menjadi sebuah misteri sejarah.

Ada beberapa versi serta sudut pandang yang berbeda dari para tokoh maupun pengamat sastrawan sejarah.

Berikut beberapa poin yang perlu diketahui dari peristiwa Supersemar dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari Kubutambahan.Bulelengkab.go.id

Baca Juga: Hasil Tes Urine Positif Mengandung Narkoba, Selebgram Millen Cyrus Diamankan Polisi

1. Surat Berisi Pemindahan Kekuasaan

Sebelum dibuatnya Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, Mayor Jenderal Soeharto mengutus 3 perwira tinggi Angkatan Darat (AD) yakni Brigadir Jenderal M. Jusuf, Brigadir Jenderal Amir Machmud dan Brigadir Jenderal Basuki Rahmat.

Ketiganya diminta untuk menghadap kepada Presiden Soekarno guna meminta surat tugas milik Soeharto untuk mengatasi buntut permasalah G-30 S/PKI kala itu.

Baca Juga: Pelantikan Kepala Daerah Berjalan Lancar, Ridwan Kamil: Layani Masyarakat dengan Ikhlas

Namun ternyata, surat yang keluar bukanlah surat pengesahan tugas melainkan surat pemindahan kekuasaan yang diberikan kepada Soeharto.

2. Soeharto Ternyata Mengutus 4 Orang Perwira

Salah satu saksi sejarah yang kala itu menjabat sebagai pengawal kepresidenan di Istana Bogor, Letnan Satu (Lettu) Sukardjo Wilardjito menceritakan versi yang berbeda.

Baca Juga: Hasil Liga Spanyol Sevilla vs Barcelona : Gol Messi Bantu Blaugrana Menang Atas Sevilla

Sukardji Wilardjito menyatakan bahwa Soeharto mengutus 4 orang perwira termasuk Brigadir Jenderal M. Panggabean yang tidak diketahui oleh orang banyak.

3. Adanya Paksaan Kepada Soekarno

Menurut Sukardjo Wilardjito Brigjen M. Jusuf membawa map berlogo Markas Besar AD berwarna merah jambu.

Baca Juga: Polisi Tangkap Pelaku Pengedaran Uang Asing Palsu Sebanyak Rp2,8 Triliun di Jawa Timur

Sedangkan Brigadir Jenderal M. Panggabean dan Brigadir Basuki Rahmat menodongkan pistol ke arah Presiden Soekarno dan memaksanya untuk menandatangani Supersemar yang belum jelas isinya.

Setelah Soekarno menandatangani surat tersebut, keempat perwira utusan Soeharto kembali menuju Jakarta.

4. Tidak Ada Paksaan Terhadap Soekarno

Baca Juga: Terjaring Razia, Millen Cyrus Ditangkap Polda Metro Jaya karena Positif Konsumsi Benzo

Berbeda sudut pandang dengan Sukardjo Wilardjito, saksi sejarah lainnya yakni A.M. Hanafi yang menjabat sebagai mantan duta besar Indonesia di Kuba menuliskan kesaksiannya lewat sebuah buku.

Dalam bukunya yang berjudul, “A.M. Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto” membantah ucapan Sukardjo Wilardjito.

Menurut A.M. Hanafi, tidak ada Brigadir Jenderal M. Panggabean dalam sejarah lahirnya Supersemar tersebut.

Baca Juga: Najwa Shihab Buka-bukaan Soal Rambut Dia Waktu Kecil Saat Diwawancara Armand Maulana

Soeharto hanya mengutus 3 orang perwira dan meminta Soekarno segera menandatangani sebuah teks yang sudah dibawa oleh ketiga perwira.

Namun menurut A.M. Hanafi tidak ada paksaan kepada Soekarno, melainkan adanya desakan dari para demonstran yang membuat Soekarno mengambil tindakan sesegera mungkin.

Salah satunya menyetujui isi surat yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana perintahnya.

Baca Juga: Data Terbaru Covid-19 Jawa Barat Hari Ini 28 Februari 2021, 36.398 Orang dalam Perawatan

5. Diketik oleh Markas Besar Angkatan Darat

Salah satu tentara asing Ben Anderson yang bertugas di Istana Bogor menceritakan jika Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat bukan kerta berkop Kepresidenan.

6. Hilangnya Surat Asli Supersemar

Baca Juga: Coblong Nomor Satu, Inilah 10 Kecamatan Tertinggi Covid-19 di Bandung Hari Ini 28 Februari 2021

Berbagai usaha telah dilakukan oleh ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) untuk mendapatkan kejelasan mengenai surat asli Supersemar.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Bulelengkab

Tags

Terkini

Terpopuler