Jauh Sebelum Ada Kampus, Tahun 1698 Ilmuwan Keraton Kesultanan Cirebon Pernah Menyusun 1.213 Naskah Penelitian

4 Juni 2022, 19:02 WIB
Keraton Kasepuhan Cirebon yang dulu menjadi Keraton Kesultanan Cirebon. /Dok. Pikiran-Rakyat/

INDRAMAYUHITS – Cirebon masa lampau, memiliki mahakarya literatur sejarah yang yang merupakan hasil penelitian ilmuwan ternama Tanah Carbon, Pangeran Wangsakerta dan lainnya.

Bersama sejumlah tokoh akademis pada zamannya, dalam rentang tahun 1677 sampai dengan 1698 Pangeran Wangsakerta telah menyusun satu buku besar tentang sejarah raja dan kerajaan Nusantara.

Naskah penting yang diambil dari penelitian sumber-sumber valid pada masanya itu bejudul Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Kalahkan Ratusan Pendekar untuk Dapatkan Cinta Nyai Subang Larang, Nenek Sunan Gunung Jati

Proyek penyusunan naskah sejarah tersebut inisiatif resmi Kesultanan Cirebon. Ditunjuk sebagai penanggung jawab, Pangeran Wangsakerta.

Ia dibantu tujuh akademiki, masing-masing Ki Raksanagara, Ki Anggaraksa, Ki Anggadiprana, Ki Singanagara, Ki Purbanagara, Ki Anggadiraksa, dan Ki Nayapati.

Dijelaskan dalam pembuka Naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara bahwa inisiatif penyusunan diinisiasi dan amanat dari Pangeran Resmi yang bergelar Panembahan Adiningrat Kusuma alias Panembahan Girilaya, ayahanda Pangeran Wangsakerta.

Baca Juga: Kisah Lahirnya Sunan Gunung Jati, Tempat, Nasab, hingga Nama Kecilnya Versi Purwaka Caruban Nagari

Diperkirakan naskah ini disusun sejak abad ke-17 atau pada tahun 1677 sampai dengan 1698, menurut keterangan yang tertulis di dalamnya.

Setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1.703 judul naskah, yang 1.213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya.

Musyawarah tersebut dihadiri oleh para peserta ahli utusan yang diundang dari berbagai negeri di Nusantara dan sekitarnya yang dibagi ke dalam 5 kelompok.

Baca Juga: Bukan Sunan Gunung Jati, Tiga Tokoh Ini yang Meletakkan Fondasi Islam untuk Pertama Kalinya di Jawa Barat

Selama proses musyawarah terjadi perdebatan sengit karena terdapat perbedaan pendapat di antara para peserta.

Namun, keadaan itu akhirnya dapat diatasi oleh penanggung jawab dengan mengambil jalan tengah yang bisa diterima oleh semua pihak.

Juga dengan memperhatikan amanat yang disampaikan Sultan Kasepuhan, Pangeran Samsudin Mertawijaya, yakni kakanda Pangeran Wangsakerta pada pembukaan kegiatan musyawarah yang berlangsung di Paseban Keraton Kasepuhan Cirebon.

Baca Juga: Sejarah Berdirinya Pesantren Babakan, Dirintis Ki Jatira, Ulama Bangsawan yang Memilih Hidup Bersama Jelata

Berikut ini kalimat pembuka dari naskah Naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara yang ditulis Pangeran Wangsakerta:

Inilah pustaka kerajaan-kerajaan di Bumi Nunsantara. Sargah pertama dari parwa kedua.

Merupakan pustaka yang menerangkan kerajaan-kerajaan di Bumi Nusantara masa lalu, dengan berbagai peristiwanya.

Disusun dan dibukukan olehku, beserta beberapa puluh pujangga besar, para pemuka,menteri, patih, para pegawai raja sebagai duta kerajaan, para perwakilan dariberbagai wilayah, penghulu agama, serta sejumlah menteri kerajaan Cirebon dengan dipimpin oleh saya sebagai ketua penulis, yaitu Pangeran Wangsakerta.

Baca Juga: Identitas 6 Istri Sunan Gunungjati, Tak Ada yang Asal Indramayu

Cerita Pembuka Semoga tiada aral melintang. Walaupun aku sebagai ahli tentang pengetahuan, terutama mengenai riwayat kerajaan masa lampau dan ilmu kenegaraan, Namun terlebih dahulu menyampaikan pujian kepada Tuhan YME dan aku benar-benar ikhlas, sebagai muslim aku ini adalah keturunan dari Susuhunan Jati sebagai gurubesar agama Islam di tanah Jawa Barat.

Sekalipun demikian, aku senantiasa menghormati semua agama. Intisari dari pustaka ini, berpegang teguh pada prinsip keadilan, mengambil jalan tengah. Semua riwayat yang tersebar ke mana-mana dibukukan menjadi satu.

Setelah disetujui dan tidak memihak lalu disebarkan oleh beberapa orang pujangga besar, yang memahami pengetahuan wilayah kerajaan di bumi Nusantara.

Baca Juga: Mataram Kalah Perang di Jayakarta, Sultan Agung Perintahkan Raden Wiralodra Jaga Perbatasan Cirebon-Belanda

Tulisan ini antara lain berisi kisah tentang kerajaan-kerajaan yang  besar pengaruhnya. Inilah antara lain,  riwayat nenek moyang yang sangat mengesankan, dari riwayat serbaguna, sesuai dengan kenyataan.

Beginilah permulaan riwayat besar tulisan tentang kerajaan-kerajaan yang intinya sebagai kitab pegangan yang menerangkan kerajaan di bumi Nusantara, terutama Pulau Jawa dan sekitarnya. Sesuai dengan segala daya upaya akhirnya selesai juga pada waktunya, pekerjaan ini telah tercapai dengan sempurna.

Adapun aku menulis kitab ini karena diberi tugas oleh ayahku, yaitu Pangeran Resmi yang bergelar Panembahan Adiningrat Kusuma alias Panembahan Ghirilaya nama lainnya, pada saat ayahku belum meninggal.

Baca Juga: Mataram Punya Ambisi Kuasai Jawa, tapi Selalu Gagal, karena Kerajaan di Jawa Barat Tak Pernah Bisa Dikalahkan

Demikian pula, aku diperintahkan menulis kitab ini oleh Sultan Banten, yaitu Pangeran Abdul Patah dengan nama penobatannya Sultan Ageng Tirtayasa.

Begitu juga Susuhunan Mataram, yaitu Pangeran Arya Prabu Adi Mataram dengan nama penobatannya Susuhunan Amangkurat yang menghendaki demikian.

Begitu juga banyak lagi para pembesar di tanah Pulau Sumatera dan Pulau Jawa yang menghendaki demikian.

Oleh sebab itu, tulisan mengenai kisah ini merupakan ilmu pengetahuan bagi orang banyak terutama layak apabila dijadikan kitab pedoman kerajaan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kejayaan negaranya, serta orang banyak senang berbakti kepada raja mereka yang adil.

Bahkan kitab ini sebagai petunjuk bagi setiap orang yang akan mempelajari segala adat-istiadat masa lampau, dan yang ingin mengetahui asal mula berdirinya suatu negera di bumi Nusantara dan di sekitarnya.

Karena itu, aku senantiasa berharap mendapat kisah yang sesungguhnya. Adapun yang dijadikan tempat bermusyawarah dan berunding mengenai penyusunan dan penulisan Pustaka Rajawarnana i Bhumi Nusantara ini yaitu di Paseban Keraton Kasepuhan Cirebon. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara

Tags

Terkini

Terpopuler