INDRAMAYUHITS – Dikisahkan, setelah dinikahi Prabu Siliwangi pada tahun 1422 M, Nyai Subang Larang wafat pada tahun 1441 M.
Ia meninggalkan tiga orang anaknya yang sudah remaja yakni Pangeran Walangsungsang, Nyai Rarasantang, dan Raja Sengara atau Raden Kiansantang.
Sepeninggal Nyai Subang Larang yang sangat disayanginya, Prabu Siliwangi menjadi seperti orang linglung.
Tidak memperhatikan anak-anaknya, terutama Raden Walangsungsang dan kedua orang adiknya, juga anak-anak dari Nyai Kentring Manik Mayang Sunda.
Pangeran Walangsungsang yang merasa kurang diperhatikan oleh Prabu Siliwangi pun merasa kecewa.
Akhirnya secara diam-diam Pangeran Walangsungsang memutuskan untuk meninggalkan Prabu Siliwangi di istana Sri Bima Narayana Madura Suradipati, dimana dirinya dilahirkan dan dibesarkan hingga menginjak usia 19 tahun.
Tersebutlah Pangeran Walangsungsang berjalan menuju ke timur, hingga sampailah di pondok seorang Pandhita Budha Prawa yang bernama Ki Gedeng Danuwarsih. Untuk kemudian tinggal sementara waktu di pondok tersebut.
Selama tinggal di pondok Sang Pandhita, Pangeran Walangsungsang ditemani putri Ki Gedeng Danuwarsih yang bernama Nyai Endang Geulis. Parasnya sangat cantik hingga membuat Raden Walang Sungsang terpesona.
Seiring berjalannya waktu ternyata Nyai Endang Geulis sudah memendam perasaan sejak keduanya bertemu. Hal ini diketahui Sang Pandhita yang kemudian menjodohkan keduanya.
Tak lama kemudian, secara tak diduga Nyai Rarasantang datang ke pondok Ki Gedeng Danuwarsih dengan maksud menyusul kakandanya yang menghilang dari istana.
Ke Gedeng Danuwarsih adalah anak dari Ki Gedeng Danusetra, seorang Pandhita Agama Budha yang berasal dari Gunung Dieng, yang telah lama tinggal di Keraton Galuh Pakuan hingga wafat.
Ki Gedeng Danuwarsih memiliki seorang adik bernama Ki Danusela, yang tinggal di Caruban Girang, (sekarang bernama Cirebon Girang).
Ki Danusela telah memperistri putri Ki Gedeng Caruban Girang yang bernama Nyai Arumsari.
Kedua kakak beradik ini tidak lama tinggal di pondok milik Ki Danuwarsih yang terletak di Gunung Maraapi (sekarang di sekitar Desa Kamarang, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon).
Ki Danuwarsih yang seorang Pandhita Budha Prawa tidak mempengaruhi menantu beserta adiknya untuk mengikuti keyakinannya.
Justru memberikan petunjuk kepada Pangeran Walangsungsang, Nyai Rara Santang juga Nyai Endang Geulis, untuk pergi ke Gunung Amparan Jati.
Supaya berguru kepada seorang guru Agama Islam yang bernama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurul-Jati (Syekh Nur Jati). ***
Dislamer: Tulisan ini bersumber dari naskah Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon (1720), yang dialih huruf dan bahasa oleh pemangku budaya Cirebon, Salana (almarhum).