SEMPAT DEADLOCK! Dirumuskan Tim 9 Pimpinan Sukarno, Naskah Pancasila Disempurnakan KH Hasyim Asy'ari

2 Juni 2022, 05:35 WIB
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari menjadi solusi kebuntuan perdebatan perumusan Pancasila. /Dok. Nahdlatul Ulama.

INDRAMAYUHITS – Tidak hanya Sukarno, sejumlah pihak juga terlibat dalam perumusan Pancasila, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Para tokoh yang disebut founding fathers tidaklah mudah dalam merumuskan Pancasila, mulai dari kegigihan Sukarno hinga ikhtiar dan pertimbangan dari KH Hasyim Asy’ari.

Bahkan perdebatan, perselisihan dan perbedaan argumen yang sangat tajam juga terjadi, sehingga tokoh sekaliber Sukarno perlu berkonsultasi dengan KH Hasyim Asy’ari untuk mencari jalan tengah atau solusi.

Baca Juga: Pidato Monumental Sukarno 1 Juni 1945, Pertama Kalinya 5 Poin Dasar Negara Disampaikan

Perdebatan dan perbedaan pendapat yang paling tajam adalah saat kelompok Islam tertentu ingin memperjelas identitas keislamannya di dalam Pancasila.

Mereka ingin memasukkan syariat Islam yang dianggap sebagai kesepakatan Piagam Jakarta ke dalam salahsatu silanya.

Dialnsir Indramayu Hits dari akun Facebook Generasi Muda NU, Sukarno bersama Tim Sembilan yang bertugas merumuskan Pancasila pada 1 Juni 1945 mempersilakan kelompok-kelompok Islam untuk merumuskan mengenai sila ketuhanan.

Baca Juga: Perjuangan KH Hasyim Asy'ari Rintis Pesantren Tebuireng di Basis Kejahatan, Kiai Cirebon Dapat Tugas Khusus

Setelah beberapa hari, tepat pada tanggal 22 Juni 1945 dihasilkan rumusan sila Ketuhanan yang berbunyi: “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Kalimat itu dikenal sebagai rumusan Piagam Jakarta. Rumusan tersebut kemudian diberikan kepada Tim Sembilan.

Tentu saja bunyi tersebut tidak bisa diterima oleh orang-orang Indonesia yang berasal dari keyakinan yang berbeda.

Baca Juga: Pidato Bersejarah 1 Juni 1945 Sukarno Singgung Arab Saudi, Momen Penegasan Kemerdekaan dan Lahirnya Pancasila

Poin agama menjadi simpul atau garis besar persoalan yang diambil Soekarno. Ia pun akhirnya menyerahkan keputusan tersebut kepada Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari untuk menilai dan mencermati serta memeriksa kebenaran (mentashih) apakah Pancasila 1 Juni 1945 sudah sesuai dengan syariat dan nilai-nilai ajaran Islam atau belum.

Saat itu, rombongan yang membawa pesan Soekarno tersebut dipimpin langsung oleh KH Wahid Hasyim yang menjadi salah seorang anggota Tim Sembilan perumus Pancasila.

Mereka berangkat menuju Jombang untuk menemui KH Hasyim Asy’ari. Sesampainya di Jombang, Kiai Wahid yang tidak lain adalah anak Kiai Hasyim sendiri melontarkan maksud kedatangan rombongan.

Baca Juga: NU Kritis pada UU dan Tegas Soal Palestina Sejak Era Kolonial, Teks Lengkap Khutbah Kiai Hasyim Ini Jadi Bukti

Setelah mendengar maksud kedatangan rombongan, Kiai Hasyim Asy’ari tidak langsung memberikan keputusan.

Pada prinspinya, Kiai Hasyim Asy’ari memahami bahwa kemerdekaan adalah kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia, sedangkan perpecahan merupakan kerusakan (mafsadah) sehingga dasar negara harus berprinsip menyatukan semua.

Dan, untuk memutuskannya, Kiai Hasyim Asy’ari melakukan tirakat dengan berbagai ikhtiar zikir, doa, dan sholat Istikhoroh.

Baca Juga: Sekilas Sejarah STOVIA, Kampus Tempat Berhimpunnya dr Sutomo Dkk Merumusan Gerakan Lewat Organisasi Budi Utomo

Menurut KH Ahmad Muwafiq ( Gus Muwafiq) dalam ceramahnya mengungkapkan bahwa di antara tirakat yang dilakukan Kiai Hasyim adalah puasa tiga hari.

Selama puasa tersebut, KH Hasyim Asy’ari meng-khatam-kan Alquran dan membaca surat Al Fatihah.

Setiap membaca Al Fatihah dan sampai pada ayat iyaakan a’ budu waiyaka nasta’in, Kiai Hasyim mengulangnya hingga 350 ribu kali.

Setelah puasa tiga hari, Kiai Hasyim Asy’ari melakukan sholat istikhoroh dua rakaat.

Baca Juga: Tongkat Syaikhona Kholil dan Nabi Musa Mirip, KH Miftacul Akhyar: Pernah Jadi Ular di Masa Penjajahan

Pada Rokaat pertama membaca Surat Attaubah sebanyak 41 kali, sedangkan rakaat kedua membaca Surat Al Kahfi juga sebanyak 41 kali.

Setelah selesai Kiai Hasyim Asy’ari membaca ayat terkahir dari Surat Al-Kahfi sebanyak 11 kali. Lalu tidur.

Di paginya, Kiai Hasyim Asy’ari memanggil anaknya Wahid Hasyim dengan mengatakan bahwa Pancasila sudah betul secara syar’i.

Baca Juga: Kemenag Umumkan 211 Calon Imam Masjid di Uni Emirat Arab yang Lolos Seleksi Administrasi, Ini Daftarnya!

Dengan demikian, apa yang tertulis dalam Piagam Jakarta, Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, perlu dihapus karena Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prinsip ketauhidan dalam Islam.

Dikatakan, sila-sila lain yang termaktub dalam sila ke-2 hingga sila ke-5 juga sudah sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam.

Karena ajaran Islam juga mencakup kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Atas ikhtiar lahir dan batin Kiai Hasyim Asy’ari tersebut, akhirnya rumusan Pancasila bisa diterima oleh semua pihak dan menjadi pemersatu bangsa Indonesia hingga saat ini. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler