Pilkada di Kala Pandemi, Peneliti Ungkap Ekonomi Bukan Alasan Tepat, Risiko Covid-19 Lebih Tinggi

- 30 Oktober 2020, 11:20 WIB
Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2020 Sudah Ditetapkan.
Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2020 Sudah Ditetapkan. /Instagram/@kpublitarkota/

Sektor yang akan tumbuh pada pilkada kali ini hanya yang terkait komunikasi dan informasi. Sebagian besar kampanye akan melalui daring.

Sektor informasi dan komunikasi pada triwulan kedua tahun ini hanya menyumbang 4,66% dari produk domestik bruto (PDB). Penjualan barang dan jasa di Indonesia memang mencapai Rp3.687,7 triliun.

Eric Alexander Sugandi pun mengungkapkan hal sama. Ia menuturkan bahwa dampak yang ditimbulkan pilkada pada pandemi tidak akan bertahan lebih dari 6 bulan.

Baca Juga: Bakal Dirilis 2021 Mendatang, Game Nintendo Switch Pro Kini Terungkap Pakai Layar Ini

“Ada dampak ekonominya, namun akibat negatifnya juga banyak jika pandemi ini berlarut-larut dan dana penanganan dari pemerintah pasti bertambah,” tutur Eric.

Jika kasus bertambah (akibat pilkada), tentu pemulihan ekonomi pun akan tertunda. Anggaran yang dibutuhkan untuk menanggulanginya menjadi lebih besar. Alhasil, target pertumbuhan 5% yang dicanangkan pemerintah pada tahun depan akan sukar tercapai apabila Covid-19 tidak terkendali.

Risiko Penularan Lebih Tinggi

Hingga Kamis, 29 Oktober 2020, tercatat kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 404.048. Data ini dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com dari laman Satgas Penanganan Covid-19, covid19.go.id.

Baca Juga: Hasil Liga Eropa: Kalahkan Lawan, Arsenal dan Molde Raih Poin Sempurna

Risiko penambahan kasus lebih tinggi bisa terjadi saat penyelenggaraan pemilu nanti. Rizal melihat risiko tersebut bisa muncul dari kegiatan kampanye, pemungutan suara di TPS, maupun perhitungan suara.

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: The Conversation covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah