Segala macam cara dikerahkan Inggris untuk mengerahkan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan bagi pembukaan pabrik gula baru. Termasuk di antaranya dengan pemaksaan dan pengelabuan.
Pada titik ini masyarakat Subang, walaupun tidak berdaya menghadapi pemaksaan, mereka melakukan perlawanan semampu mereka.
Ketika perlawanan fisik tidak memungkinkan, masyarakat Subang melakukan perlawanan dalam bentuk kebudayaan. Wujudnya adalah kesenian Sisingaan.
Bayangkan, kekuasaan industri kolonial inggris yang dilambangkan dengan Singa, dalam imajinasi orang Subang, bisa ditaklukkan oleh seorang bocah yang bisa menungganginya.
Kesenian khas orang Sunda, yang juga dipunyai oleh banyak daerah lain memiliki beberapa cara untuk melakukan 'perlawanan'.
Yang pertama adalah silib atau mengemukakan pendapat tetapi tidak secara langsung. Yang kedua adalah sindir atau menceritakan sesuatu ironi atau sindiran.
Yang ketiga adalah siloka atau membuat pelambang. Dan yang kelima adalah sasmita atau memberi contoh yang mempunyai makna.
Baca Juga: Di sambut Meriah Oleh Fans Al Nassr, Ini Komentar Santai Cristiano Ronaldo, Sindir Para Pengkritik !
Masyarakat Subang atau pelaku seni budaya di Subang mengekspresikan pandangan mereka melalui sindiran.
Pemaksaan kolonialisme Inggris yang membuat mereka menderita mereka sindir dengan Sisingaan.