Tingkatkan Minat Mencuci Tangan, Mahasiswa Unpad Kembangkan Sabun Kertas

- 17 Oktober 2020, 15:07 WIB
Tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran mengembangkan sabun kertas berbahan alami. Sabun kertas ini diharapkan menarik minat masyarakat untuk rajin mencuci tangan.*
Tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran mengembangkan sabun kertas berbahan alami. Sabun kertas ini diharapkan menarik minat masyarakat untuk rajin mencuci tangan.* //unpad/

PR INDRAMAYU – Pandemi Covid-19 membawa dampak baik bagi kehidupan masyarakat luas. Perhatian lebih terhadap kebersihan diri adalah satu satunya.

Orang-orang menjadi tergerak untuk rajin mencuci tangan kapanpun dan dimanapun.

Agar bisa rutin mencuci tangan, terkadang banyak orang enggan membawa sabun saat bepergian. Alasannya sederhana yaitu kurang praktis.

Baca Juga: Harga Vaksin Covid-19 Kisaran Rp200 Ribu, Bio Farma: Harga Terjangkau dan Tidak Beratkan Pemerintah

Dalam usaha meningkatkan minat mencuci tangan, tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan sabun berbentuk kertas.

Mereka adalah M. Jaza Kamali, Karen Lolihandary, dan Aleesha Zalica. Ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unpad.

Fungsi sabun berbahan alami tersebut adalah untuk mencuci tangan. Produk yang sudah ada dirasa kurang praktis untuk dibawa beraktivitas di luar rumah.

Baca Juga: Giring Tiga Tuntutan dan Pernyataan Sikap, BEM SI Kembali Rencanakan Aksi Demo Tolak UU Ciptaker

Jika tidak membawa sabun, belum tentu tempat yang kita datangi menyediakan sabun cuci tangan. Akibatnya orang pun malas mencuci tangan.

“Sabun batangan bisa meleleh, sedangkan sabun cair bisa tumpah. Sabun kertas diharapkan menarik minat masyarakat untuk rajin mencuci tangan,” ujar Jaza saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad.

Bahan pokok sabun yang tengah dikembangkan Jaza dan timnya adalah kertas larut air.

Baca Juga: Angkat Bicara Soal Rasisme Papua, Mahasiswa Unair: Masih Ada Film Menggambarkan Aneh dan Primitif

Kertas tersebut dicampur dengan kandungan yang berisi sejumlah antimikroba. Untuk mendapatkan antimikroba tersebut, mereka memerlukan bahan alam daun dadap dan air kelapa.

Menurut penelitian, daun dadap dan air kelapa mengandung alkaloid flavonoid dan alkaloid asam laurat.

Kedua senyawa tersebut dapat membunuh bakteri. Penyebab penyakit tipes, bakteri Salmonella sp., juga bisa dibasmi oleh senyawa itu.

Baca Juga: Bank Dunia Ikut Bersuara Soal Omnibus Law, Sebut Itu Reformasi Besar Indonesia yang Lebih Kompetitif

“Dari jurnal yang sudah ada, (senyawa) itu sudah terbukti efektif dalam membunuh dan merusak membran sel bakteri,” tutur Jaza.

Langkah pertama yang ditempuh Jaza dan rekan-rekannya dalam mengembangkan sabun kertas adalah terlebih dahulu membuat campuran sejumlah bahan dengan daun dadap dan air kelapa.

Kertas yang mudah larut dicampurkan ke cairan tersebut. Setelah kertas itu dikeringkan, langkah selanjutnya adalah memotong kertas tersebut menjadi helaian kecil.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Sabtu, 17 Oktober 2020: Capricorn Galau Soal Keuangan, Sagitarius Diambang Masalah

Ketika mencuci tangan dengan sabun tersebut, busanya akan langsung hilang. Itu adalah manfaat penggunaan bahan kertas yang mudah larut.

Jika pengembangan ini berhasil, akan tercipta produk sabun yang sama sekali tidak menghasilkan sampah.

Keunggulan lain yang dimilikinya adalah pada penggunaan bahannya yang melibatkan alam. Nilai jual dan nilai gunanya akan terdongkrak karena memanfaatkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.

Baca Juga: Hasil Survei E-Government 2020, Indonesia Naik 19 Posisi dan Tembus 100 Besar Peringkat Dunia

“Biasanya zat antimikroba pada sabun menggunakan bahan kimia, kami mengangkatnya dari zat antimikroba alami,” ujar Jaza.

Jaza dan kawan-kawan membeir nama sabun ini “Copas”. Nama tersebut merupakan gabungan dari nama latin buah kelapa (Cocos nusifera) dan daun dadap (Erythrina lithosperma), serta kata “soap” yang artinya sabun dalam bahasa Inggris.

Jaza dan tim mengikutsertakan ide pembuatan sabun kertas ini pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Online Tingkat Nasional (LKTI OTN) yang diadakan Universitas Brawijaya, Malang.

Baca Juga: Indonesian Esports Award 2020, Simak 11 Nominasi yang Akan Muncul, Salah Satunya Khusus dari GTV

Kategori yang diambil pada lomba yang diadakan pada medio Mei-September 2020 itu adalah kesehatan dan medis.

Dosen Mikrobiologi FK Unpad, Lidya Chaidir, bertindak sebagai pembimbing dalam penelitian tersebut.

“Ke depan jika aktivitas laboratorium sudah dibuka, kami ingin melakukan penelitian lebih lanjut,” tutur Jaza.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Unpad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x