Inilah Catatan Awal Mula Konflik hingga Gencatan Senjata Israel dan Hamas

21 Mei 2021, 13:15 WIB
Ilustrasi seruan gencatan senjata. Berikut ini catatan awal mula konflik hingga gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hamas usai lebih dari 10 hari terjadinya ekerasan. /Pixabay/pixel2013

PR INDRAMAYU - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diketahui telah terjadi hingga 9 kali.

Gencatan senjata di masa lalu antara Israel dan Hamas sering kali berantakan, termasuk pada tahun 2014, ketika gencatan senjata runtuh setidaknya dua kali selama perang tujuh Minggu.

Selain itu, gencatan senjata selalu terjadi datang dan pergi sebelum konflik 2014 berakhir setelah 51 hari peperangan terjadi.

Baca Juga: Masih Ingat Misca Mancung? Dulu Artis Terkenal, Kini Harus Berkeliling Jualan Parfum

Ribuan korban nyawa berjatuhan, yakni berjumlah lebih dari 2.000 warga Palestina dan lebih dari 70 warga Israel tewas dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The New York Times.

Kedua belah pihak, antara Israel dan Hamas menyetujui perjanjian yang dapat menawarkan periode tenang sebagai waktu untuk menegosiasikan kesepakatan jangka panjang.

Mereka juga memberi kesempatan kepada warga sipil untuk berkumpul kembali dan mengizinkan orang-orang kembali ke rumah mereka.

Baca Juga: Kurir Kembali Kena Imbas, Driver Ojol Dapat Bintang 1 Akibat Makanan yang Tak Sesuai Pesanan Pelanggan

Awal Perlawanan Hamas Sebagai Balasan Atas Kejahatan Zionis Israel

Hamas dan Israel telah terlibat dalam beberapa bentuk konflik sejak kelompok Palestina itu didirikan pada 1980-an.

Konflik yang melibatkan aksi militer dan militan Gaza tersebut dimulai ketika Hamas menembakkan rentetan roket ke daerah Yerusalem.

Serangan tersebut sebagai tanggapan atas beberapa penggerebekan polisi zionis Israel di Masjidil Aqsa, salah satu situs paling suci dalam Islam.

Baca Juga: Vaksinasi Gotong Royong Resmi Dibuka, Begini Cara Pendaftarannya

Selain itu, ditambah rencana penggusuran yang dilakukan Israel terhadap beberapa keluarga Palestina dari rumah mereka.

Penyebab utama peperangan tersebut tetap mengenai pertempuran dalam mempertahankan hak atas tanah di Yerusalem dan Tepi Barat.

Ketegangan agama yang terjadi di Kota Tua Yerusalem, dan tidak adanya proses perdamaian untuk menyelesaikan konflik. Hal ini menyebabkan Gaza tetap berada di bawah hukum blokade oleh Israel dan Mesir.

Baca Juga: Israel dan Hamas Setujui Gencatan Senjata, Berikut Kronologinya

Meskipun konflik tersebut menjadikan momen yang jarang terjadi untuk menyatukan persatuan antara orang-orang Palestina di Tepi Barat, antara Israel dan Gaza, masih belum jelas apakah itu akan secara signifikan mengubah posisi dan rasa penindasan mereka.

Mengingat hal tersebut juga mengarah pada sejarah masa lalu mengenai serangan kekerasan di Israel oleh massa Arab dan Yahudi, dan menyoroti dekade frustrasi di antara warga Arab Israel yang berjumlah sekitar 20 persen dari populasi dan sering menghadapi diskriminasi.

Kerusakan Akibat Perang

Hamas dan sekutunya telah menembakkan ribuan roket ke Israel, yang sebagian besar dicegat oleh sistem pertahanan antimisil Israel. Hal tersebut kemudian dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi.

Baca Juga: 279 Juta Data Penduduk Indonesia Diduga Bocor, Ini Permintaan Kemkominfo untuk Penyedia Platform Digital

Serangan tersebut kemudian merusak beberapa apartemen, pipa gas dan menghentikan sementara operasi di rig gas dan dua bandara utama Israel.

Sementara itu serangan udara yang dilakukan Israel telah merusak 17 rumah sakit dan klinik yang ada di jalur Gaza, menghancurkan satu-satunya laboratorium pengujian Covid-19.

Serangan itu juga memutus layanan air bersih, listrik, dan saluran pembuangan ke sebagian besar daerah Gaza, memperdalam krisis kemanusiaan di wilayah yang sudah penuh dan sesak dengan angka kemiskinan.

Baca Juga: Panic Attack hingga Ada Bercak Hitam Tebal di Paru-Paru, Meggy Wulandari Minta Doa

Serangan Israel menyebabkan lusinan sekolah di Gaza rusak hingga ditutup. Sebanyak lebih dari 72.000 warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka.

Sebagian besar warga memutuskan berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Terlepas dari jumlah korban yang sangat besar pada warga sipil Palestina dan kerusakan parah pada rumah, sekolah, dan fasilitas medis di Gaza, konflik saat ini lebih terbatas daripada perang yang dilancarkan Israel dan Hamas pada 2008 dan 2014, ketika pasukan Israel memasuki Gaza.

Baca Juga: BERITA POPULER Jumat 21 Mei 2021 Ramalan Zodiak Har Ini hingga Spoiler One Piece Chapter 1014

Dalam konflik masa lalu, pertempuran sengit telah meletus pada hari-hari sebelum dan sesudah gencatan senjata karena kedua belah pihak berusaha untuk melakukan pukulan yang menentukan.

Pada Juli 2014, enam hari setelah Tentara Israel mulai membombardir Gaza, Mesir mengusulkan gencatan senjata yang disetujui Israel dengan beberapa tuntutan.

Tetapi Hamas mengatakan bahwa mereka tidak memenuhi tuntutan tersebut, dan siklus serangan roket dan serangan udara Israel dilanjutkan setelah kurang dari 24 jam.

Setelahnya, Mesir mengumumkan gencatan senjata lagi dua hari kemudian, tetapi Israel kemudian mengirim tank dan pasukan darat dan mulai menembak ke Gaza dari laut.

Baca Juga: Pastikan Tak Ada Perkara yang Berhenti, Firli Bahuri: Sistem KPK Sudah Berjalan

Israel kembali menyerang Gaza dengan alasan untuk menghancurkan terowongan yang digunakan Hamas untuk melakukan serangan.

Selama beberapa minggu berikutnya, pasukan Israel secara berkala menghentikan serangan mereka untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan dari luar, tetapi pertempuran terus berlanjut setelahnya.

Perjanjian gencatan senjata merupakan hal-hal yang genting hal ini diperingatkan oleh para diplomat dan pakar Timur Tengah, bahkan ketika kesepakatan antara Hamas dan Israel dicapai pada hari Kamis, 20 Mei 2021.

Baca Juga: Spoiler Drama Korea So I Married the Anti Fan Episode 7: Berawal dari Benci, Hoo Joon Mulai Jatuh Hati

Hampir bersamaan dengan pengumuman yang dibuat pada Kamis malam, sirene ambulan terus terdengar di kota-kota Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza, hal ini menunjukkan bahwa gerilyawan terus menembakkan roket saat waktu gencatan senjata semakin dekat.

Setelah mengumumkan kesepakatan genjatan senjata pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa kenyataan di lapangan akan menentukan kelanjutan kampanye.

Sementara itu juru bicara Hamas, Taher al-Nono, mengatakan pada hari Kamis, 20 Mei 2021 bahwa, mereka sebagai perlawanan Palestina akan mematuhi perjanjian ini selama pendudukan (Israel) mematuhinya.

Baca Juga: Prediksi Valladolid vs Atletico di Liga Spanyol, Los Rojiblancos Selangkah Lagi Juara

Tidak ada pelanggaran langsung yang dilaporkan setelah persetujuan gencatan senjata dimulai secara resmi pada Jumat, 21 Mei 2021 pukul 2 dini hari waktu setempat.

Hal tersebut dikhawatirkan, mengingat sejarah permusuhan Israel-Palestina dipenuhi dengan kesepakatan yang gagal menyelesaikan perselisihan yang mendasarinya.

Gencatan Senjata Israel dan Hamas Dilakukan Secara Bertahap

Gencatan senjata di masa lalu antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza, biasanya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan kesepakatan bahwa masing-masing pihak akan berhenti menyerang satu sama lain.

Hal tersebut berarti Hamas menghentikan serangan roket ke Israel dan Israel menghentikan pemboman ke Gaza.

Baca Juga: Usai Putrinya Keguguran, Krisdayanti Minta Atta Halilintar Fokus Urus Aurel Hermansyah

Jeda dalam pertempuran antar keduanya biasanya diikuti oleh langkah-langkah lain, di mana Israel melonggarkan blokade ke Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan, bahan bakar, dan barang lainnya.

Selanjutnya, Hamas akan mengekang para pengunjuk rasa dan sekutu kelompok militan yang menyerang Israel.

Kemudian, kedua belah pihak akan saling bertukar tahanan atau mereka yang tewas dalam aksi.

Baca Juga: Bicara Soal Pengumpulan Uang dan Barang Bantuan ke Palestina, Mensos: Harus Pastikan Bantuan Sampai

Tetapi tantangan yang lebih besar juga diketahui menanti, seperti rehabilitasi Gaza yang lebih menyeluruh dan peningkatan hubungan antara Israel dengan Hamas dan Fatah selaku partai Palestina yang mengontrol Tepi Barat, hal tersebut tetap sulit dipahami selama beberapa kekerasan terakhir.

Sebelumnya, awal mula meletusnya perang terhitung sejak 10 Mei 2021, Hamas menembakkan roket ke Israel sebagai tanggapan atas Israel yang menyerang jemaah di Masjidil Aqsa dan pengusiran yang terjadi di Sheikh Jarrah, setelahnya Israel membalas serangan dengan melakukan pemboman dengan sasarannya di Gaza.

Hamas diketahui tak akan pernah mengakui keberadaan Israel, dan Israel terus menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.***

Editor: Irwan Suherman

Sumber: NY Times

Tags

Terkini

Terpopuler