Aktivitas Manusia Jadi Penyebab Munculnya Covid-19? Ini Penjelasan Guru Besar Unpad

9 Oktober 2020, 17:16 WIB
Konferensi Virtual CSS, Guru Besar Unpad Tanggapi Pandemi Covid-19.* /Dok. Humas Unpad/

PR INDRAMAYU – Corona Virus Disease 2019 atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 melanda dunia sejak akhir Desember 2019. Berpusat di Wuhan, Tiongkok, virus ini menyebar ke seluruh dunia.

Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada 12 Maret 2020 lalu. Sedangkan pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai bencana nasional pada 13 April 2020.

Menanggapi pandemi tersebut, dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari laman resmi Unpad, Guru Besar Universitas Padjadjaran (Unpad), Johan Iskandar menyatakan bahwa ada hubungan antara merebaknya wabah tersebut dengan aktivitas manusia.

Baca Juga: Cek Fakta: Tersiar Video yang Klaim Aksi Anarki Mahasiswa dan Pelajar STM Menendang Gas Air Mata

Ia mengungkapkan hal itu saat menghadiri Conference on Sustainability Science (CSS) 2020. CSS tahun ini diadakan secara virtual pada Kamis, 8 Oktober 2020. CSS kali ini mengambil tema Social Distancing Life, Approaching Natural Life. Kegiatannya adalah berupa konferensi ilmiah selama 1 hari. Kegiatan ini pun dilaksanakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Unpad ke-63.

CSS terselenggara berkat kerja sama Center for Environment and Sustainability Science (CESS) Unpad dan The Greening of Industry Network. CESS adalah pusat studi Unpad yang berfokus pada lingkungan dan ilmu keberlanjutan.

Adapun The Green of Industry Network adalah sebuah jaringan internasional yang menggeluti dunia penelitian, pendidikan, pemerintahan, dan sebagainya yang berfokus pada isu-isu lingkungan dan kemasyarakatan.

Baca Juga: Permintaan Trump untuk Blokir TikTok Ditolak Hakim, Pemerintah Amerika Serikat Ajukan Banding

Selain Johan Iskandar, pembicara lain yang diundang adalah Heddy Shri Ahimsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Michiel Heldeweg dari University of Twente (Belanda), Regina Frei dari Southampton University (United Kingdom), dan Regina Hoi Yee Fu dari Senshu University (Jepang).

Pada konferensi tentang ilmu pengetahuan ketahanan lingkungan tersebut, Johan Iskandar menitikberatkan pada peran manusia yang menyebabkan transmisi penyakit menular hewan bisa menyebar kepada manusia.

Hal itu adalah buah dari ketidakseimbangan aktivitas manusia dengan alam semesta. Salah satu penyebab munculnya pandemi Covid-19 ini adalah kerusakan alam yang dibuat manusia.

Baca Juga: Dirjen Pajak Tetapkan 8 Perusahaan Tambahan yang Resmi Menjadi Pemungut PPN

“Aktivitas perambahan hutan, perusakan hutan, perburuan hewan liar, hingga perdagangan hewan menjadi penyebabnya,” ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad tersebut saat menjadi keynote speaker (pembicara kunci) dalam kegiatan CSS 2020.

Johan Iskandar menyatakan bahwa Covid-19 adalah salah satu pandemi yang menyebar berdasarkan masifnya penularan dari hewan ke manusia.

“Transmisi virusnya sangat cepat dari awalnya hewan sekarang menyebar ke manusia,” kata dosen yang menerbitkan penelitian berjudul Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia tersebut.

Baca Juga: Bersihkan Puing Halte TransJakarta Sisa Aksi Demo UU Ciptaker, Kelurahan Karet Kerahkan 40 PPSU

Gencarnya pertumbuhan populasi turut andil dalam mengubah interaksi manusia terhadap lingkungan. Pertumbuhan ekonomi secara pesat menyebabkan interaksi manusia menjadi cenderung merusak sehingga menyebabkan bencana ekologi (lingkungan).

Pada kenyataannya, sebagian dari manusia pernah dan masih melakukan interaksi yang baik dengan lingkungan. Masyarakat tradisional adalah contohnya. Mereka membangun relasi yang membangun dengan lingkungan.

Masyarakat adat tersebut menjadikan pengetahuan dan kepercayaan ekologi tradisional warisan leluhur mereka sebagai panduan dalam membangun hubungan harmonis dengan alam.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Kemenag Tetap Gelar MPSN Ketiga

Johan Iskandar melanjutkan bahwa contoh masyarakat adat yang masih bisa dilihat adalah Baduy atau Kanekes di Banten, dan Kampung Naga di Tasikmalaya. Guru Besar Unpad itu melakukan penelitian di kedua masyarakat tersebut.

Mereka masing-masing memiliki tiga zona lingkungan. Pada Kampung Naga, ketiganya adalah kawasan bersih (settlement), kawasan kotor (fish pond and bathing place), dan kawasan suci (protected area).

Adapun mengenai Kanekes, 3 tempat tersebut adalah kawasan pertama berupa perkampungan dan hutan dusun (lembur), kawasan kedua berupa huma dan reuma, dan kawasan ketiga berupa hutan leluhur. Hutan leluhur disebut juga leuweung kolot (hutan orang tua) atau leuweung titipan (hutan titipan).

Baca Juga: Layanan Streaming Gratis Apple Diperpanjang, Bebas Biaya Rp73.500 per Bulan

Johan Iskandar menyimpulkan bahwa pengetahuan ekologi tradisional masyarakat adat berperan dalam menjaga stabilitas dan kualitas lingkungan.

“Tindakan manusia terhadap alam dilakukan dengan sangat hati-hati dalam sistem adaptasi budaya,” kata Johan Iskandar.

Ia pun berharap bahwa aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan perlu untuk dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam rangka pembangunan global.***

Editor: Alanna Arumsari Rachmadi

Sumber: Unpad.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler