Baca Juga: Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya NU Ternyata Adalah Ulama Besar Keturunan Cirebon
Kebingungan itu berkecamuk, hingga akhirnya berdasarkan hasil istikhoro, Kyai Said memutuskan mencari lokasi baru, dengan pertimbangan agar bisa tenang dan optimal mengajarkan agam Islam kepada masyarakat.
Dalam misi pengasingan tersebut, Kiai Said ditemani istrinya Nyai Hj Maemunah yang merupakan putri dari Kiai Mutta’ad.
Di lokasi “babad alas” tersebut, beliau juga ditemani beberapa santri ayahnya. Tak berapa lama setelah tempat untuk mengaji dan tinggal dibuat, para santri yang ingin mengaji ke Kiai Sa’id pun berdatangan.
Kiai Taufik menceritakan, awal berdiri ada sekitar 24 orang santri. Di dalem Kiai Said juga ada pembantu yang mengurusi berbagai hal yakni santri putri Kamal dan santri putri Ngarpin yang oleh Kiai Said kedua remaja tersebut dijodohkan.
Seiring perjalanan waktu, pesantren yang dirintis Kiai Said makin berkembang dan besar. Banyak santri dating dari berbagai penujur.
Pesantren Gedongan juga mengalami masa perkembangan yang cukup pesat setelah Kiai Said wafat dan estafet kepemimpinan pesantren dilanjutkan keturunan beliau.
Baca Juga: 5 Pusaka Peninggalan Kiai Said yang Punya Segudang Cerita, Sebagian Sudah Dipugar dan Tinggal Cerita
Adapun nama-nama kyai yang disepuhkan dalam mengurus kepemimpinan Pondok Pesantren Gedongan secara turun-temurun pasca wafatnya Kiai Said antara lain: