INDRAMAYUHITS – Tidak hanya Sukarno, sejumlah pihak juga terlibat dalam perumusan Pancasila, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Para tokoh yang disebut founding fathers tidaklah mudah dalam merumuskan Pancasila, mulai dari kegigihan Sukarno hinga ikhtiar dan pertimbangan dari KH Hasyim Asy’ari.
Bahkan perdebatan, perselisihan dan perbedaan argumen yang sangat tajam juga terjadi, sehingga tokoh sekaliber Sukarno perlu berkonsultasi dengan KH Hasyim Asy’ari untuk mencari jalan tengah atau solusi.
Baca Juga: Pidato Monumental Sukarno 1 Juni 1945, Pertama Kalinya 5 Poin Dasar Negara Disampaikan
Perdebatan dan perbedaan pendapat yang paling tajam adalah saat kelompok Islam tertentu ingin memperjelas identitas keislamannya di dalam Pancasila.
Mereka ingin memasukkan syariat Islam yang dianggap sebagai kesepakatan Piagam Jakarta ke dalam salahsatu silanya.
Dialnsir Indramayu Hits dari akun Facebook Generasi Muda NU, Sukarno bersama Tim Sembilan yang bertugas merumuskan Pancasila pada 1 Juni 1945 mempersilakan kelompok-kelompok Islam untuk merumuskan mengenai sila ketuhanan.
Setelah beberapa hari, tepat pada tanggal 22 Juni 1945 dihasilkan rumusan sila Ketuhanan yang berbunyi: “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Kalimat itu dikenal sebagai rumusan Piagam Jakarta. Rumusan tersebut kemudian diberikan kepada Tim Sembilan.