Namun terlepas dari bagaimana pertemuan Sunan Gunung Jati dengan dua pendiri tarekat itu dilakukan, yang pasti dalam Serat Banten Rante-rante, pendiri Kesultaanan Cirebon itu diyakini sebagai orang pertama yang membawa Tarekat Kubrawiyyah dan Syadziliyyah ke tanah Jawa.
Selain Sunan Gunung Jati, anggota Wali Songo lain yang lekat dengan tarekat adalah Sunan Ampel dan Sunan Bonang.
Dalam Babad Tanah Jawi misalnya, Sunan Ampel disebut-sebut mengajarkan Suluk Tarekat Naqsabandiyah.
Penyematan bahwa Sunan Ampel menjadi tokoh pembawa Tarekat Naqsabandiyah ini juga disebutkan dalam Kitab Ahla al Musamarah fi Hikayat al Auliya’ al Asyrah tulisan Syekh Abul Fadhol Senori.
Demikian juga Sunan Bonang, diceritakan dari Carita Sejarah Lasem dan Hikayat Hasanudin, setelah gagal berdakwah di Kediri, karena menggunakan pendekatan fiqih yang cenderung kaku, ia lalu pindah ke Demak dan menjadi Imam Masjid Agung Demak.
Tak lama kemudian ia hijrah ke Lasem, Rembang membangun zawiyyah dan menjalani suluk tarekat. Usai menjalani suluk itulah Sunan Bonang melanjutkan dakwahnya.
Adapun pendekatan yang dilakukan, baru-baru ini terbukti dengan beberapa peninggalan Sunan Bonang yang lebih bercorak sufistik dan budaya baik bentuk tembang, dolanan bocah, primbon dan serat-serat. ***