Awalnya, KH Abdul Wahab Chasbullah sekitar tahun 1924 menggagas pendirian jam’iyyah yang langsung disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk meminta persetujuan.
Namun, Kiai Hasyim tidak lantas menyetujui terlebih dahulu sebelum ia melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Baca Juga: Giliran Utusan Kerajaan Arab Saudi Merapat ke PBNU, Dua Hal Ini yang Dibicarakan
Sikap bijaksana dan kehati-hatian Kiai Hasyim dalam menyambut permintaan Kiai Wahab juga dilandasi oleh berbagai hal, di antaranya posisi Kiai Hasyim saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia (Jawa).
Hasil dari istikhorah Kiai Hasyim Asy’ari, dikisahkan Kiai As’ad, petunjuk hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari justru berasal dari Syaikhona Kholil, yang juga guru Kiai Hasyim dan Kiai Wahab.
Dari gambaran itu, proses panjang berdirinya NU tidak lepas dari perjuangan dan peran 4 tokoh penting yakni Syaikhona Kholil Bangkalan, Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, dan Kiai As’ad Syamsul Arifin.
Baca Juga: Dalam Menjalankan Misi Global, PBNU Tak Mau Didikte Negara Lain, Ini Alasan Gus Yahya
Biografi Singkat Syaikhona Kholil
Dalam buku biografi Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama yang ditulis RKH Fuad Amin Imron disebutkan, Syaikhona Kholil ini adalah keturunan dari para wali songo yakni, Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin), kemudian Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), dan bersambung hingga ke Rasulullah SAW.
Dari situ menunjukkan bahwa Syaikhona Kholil secara genetik juga berdarah Cirebon dari Sunan Gunung Jati yang memimpin dakwa dan Kerajaan Islam di Tanah Caruban.