Kisah Raja Purnawarman Mendirikan Kerajaan Tarumanagara, Bukti Jawa Barat Pernah Adikuasa Sebelum Majapahit

9 Juni 2022, 17:59 WIB
Candrabhaga yang sekarang dikenal dengan nama Bekasi, diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara yang digantikan Kerajaan Sunda dalam sejaha Nusantara. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

INDRAMAYUHITS – Prasasti Tugu yang ditemukan di kawasan Tugu, Jakarta, merupakan salahsatu bukti sejarah bahwa pernah ada seorang raja bernama Purnawarman yang memerintah Kerajaan Tarumanagara.

Kerajaan Tarumanagara yang wilayah kekuasaannya berada di Jawa Barat saat ini, jadi kerajaan tertua bersama Kerajaan Kutai Kuno.

Banyak prasasti lainnya juga ditemukan sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanagara yang sangat identik dengan Raja Purnawarman.

Baca Juga: Kisah Dewawarman Jejakkan Kaki di Jawa Barat 130 Masehi, Koalisi dengan Pribumi Dirikan Kerajaan Salakanagara

Prasasti Ciareteun ditemukan di Ciampea, Bogor misalnya. Juga ada Prasasti Pasir Koleangkak, Prasasti Kebon Kopi.

Bukti sejarah penting lainnya adalah Prasasti Pasir Awi di daerah Pasir Awi Bogor, Prasasti Muara Cianten yang ditemukan di daerah Bogor, dan Prasasti Cidanghiang kawasan Lebak.

Dalam naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa, Raja Purnawarman adalah anak dari Rajaresi Dharmayawarmanghuru yang mewarisi Kerajaan Tarumanagara dari ayahnya, Maharesi Rajadhirajaghuru atau Jayasinghawarman sebagai pendiri kerajaan.

Baca Juga: Mataram Punya Ambisi Kuasai Jawa, tapi Selalu Gagal, karena Kerajaan di Jawa Barat Tak Pernah Bisa Dikalahkan

Begitu melekatnya Raja Purnawarman di hati rakyatnya, dia mendapat julukan Harimau dari Tarumanagara yang menunjukkan kewibaan dirinya ketika memerintah.

Sang Maharesi Rajadhirajaghuru yang mendirikan sebuah desa dengan nama Tarumadesa yang bermetamorfosis menjadi Kerajaan Tarumanagara.

Dia dikenal juga sebagai Jayasinghawarman memerintah selamanya 24 tahun, dari tahun 358 Masehi sampai dengan tahun 382 Masehi.

Baca Juga: Kisah Prabu Siliwangi Menyatukan Dua Kerajaan yang Terlibat Perang Saudara Akibat 'Kutukan' Perang Bubat

Ia mangkat pada usia 60 tahun. Ia terkenal sebagai Sang Lumah ri Ghomati.

Selanjutnya Kerajaan Tarumanagara diperintah oleh putranya yang terkenal dengan nama Rajaresi Dharmayawarmanghuru.

Selain menjadi raja, ia juga menjadi kepala seluruh dang accaryagama atau guru agama. 

Baca Juga: Tak Pandang Saudara, Sunan Gunung Jati Tegas Menghukum Syekh Siti Jenar atas Rekomendasi Para Wali

Ia menjadi raja pada tahun 382-395 Masehi dan dikenal pula sebagai Sang Lumah ing Candrabhaga, karena candinya ada di tepi Sungai Candrabhaga.

Setelah itu Rajarsi digantikan oleh putranya, yaitu Sang Purnawarman namanya yang menjadi raja mulai tahun 395 sampai 434 Masehi.

Purnawarman dijuluki Harimau dari Tarumanagara, karena selama pemerintahannya banyak menaklukkan raja-raja di sekitar Jawa Barat. Tarumanagara menjadi kerajaan yang sangat berkuasa di Pulau Jawa.

Baca Juga: Catatan Mentereng Rekrutan Baru Persija, Ondrej Kudela: Spesialis Juara Liga Ceko

Setiap tahun raja-raja yang telah berhasil ditaklukkan datang menghadap ke ibukota, mereka semua menyampaikan penghormatan dan pujian kepada Purnawarman.

Begitu juga pejabat tinggi kerajaan beserta istri-istrinya, pejabat tinggi urusan keagamaan, duta-duta dari negara sahabat, serta balatentara semua memuji Purnawarman dengan permaisurinya yang digambarkan dalam pujiannya bagaikan Bhatara Wisnu dan Dewi Laksmi.

Upacara penghormatan kepada Purnawarman tersebut terjadi setiap tahun pada tanggal 11 Paruh Terang bulan Caitra.

Baca Juga: Cerita Gus Mus Soal Malaikat yang Sering Ingatkan Nabi agar Selalu Baik pada Tetangga

Selanjutnya pada tanggal 13-15 paruh terang bulan Caitra, diadakan pesta perjamuan bagi seluruh tamu yang hadir dalam upacara tersebut.

Setelah Purnawarman menjadi raja menggantikan ayahnya, ia memindahkan ibukotanya ke sebelah luar. Lalu dibuatlah prasasti yang ditandai dengan telapak kaki.

Sementara Rajarsi, ayah Purnawarman sempat dua tahun tinggal di pertapaan sebelum meninggal.

Baca Juga: Daftar Orang Sakti Pembantu Sunan Gunungjati yang Bikin Raja Galuh Minggat, Raja Indramayu Takluk

Purnawarman membuat prasasti pada tugu batu, membangun candi bagi Rajarsi di tepi Sungai Candrabhaga dan candi lainnya bagi Rajadhirajaghuru di tepi Sungai Ghomati.

Purnawarman adalah pemimpin anggota wangsanya yang tersebar di Swarnabhumi, Bali, ataupun pulau-pulau lainnya di Nusantara.

Ia telah membina hubungan persahabatan yang sederajat dengan China, Bharatawarsa, Yawana Bakulapura, Syangka, Palestina, Sibti, Arab Abasied, Barusa, Cambay, kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta lainnya.

Baca Juga: Atas Petunjuk Ibunya, Sunan Gunung Jati Tinggalkan Mesir di Usia 20 Tahun, Seorang Diri Mencari Tanah Cirebon

Layaknya hubungan antarnegara saat ini, kala itu Tarumanagara mengirim duta-duta ke negara sahabat itu dan begitu juga sebaliknya.

Dalam kehidupan beragama Purnawarman memuja Wisnu, tetapi rakyatnya ada yang memuja Sangkara (Siwa), Brahma, dan sedikit pemuja Buddha.

Sementara penduduk pribumi di pedalaman masih banyak yang memuja (roh) nenek moyang, mereka masih mempertahankan adat istiadat lama dari leluhurnya.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Kalahkan Ratusan Pendekar untuk Dapatkan Cinta Nyai Subang Larang, Nenek Sunan Gunung Jati

Tiga tahun setelah menjadi raja ia membuat pelabuhan, setiap hari banyak perahu yang datang dari berbagai negara.

Pelabuhan itu dibuat mulai tanggal 7 paruh terang bulan Margasira sampai dengan tanggal 17 paruh gelap bulan Posya.

Dalam masa pemerintahannya Purnawarman berhasil memperkokoh pinggiran sungai, memperlebar dan memperdalam beberapa sungai yang terdapat di wilayah Tarumanagara.

Baca Juga: 4 Aktor Drama Korea Ini Tetap Memikat Penonton, Meski Berakting dalam Nuansa Pedesaan

Pekerjaan tersebut dilakukan oleh penduduk Tarumanagara dikarenakan rasa bakti kepada raja mereka.

Di antara sungai yang dikerjakan adalah Sungai Ghangga yang terdapat di kerajaan Indraprahasta.

Kerajaan ini terletak di sebelah Timur Tarumanagara. Sungai Ghangga dianggap suci oleh penduduk Jawa Barat, karena dianggap sama dengan Sungai Ghangga yang terdapat di India, yaitu sungai suci yang airnya dapat membersihkan dosa-dosa.

Baca Juga: Kaburnya Pangeran Walangsungsang Pasca Wafat Sang Ibunda, Dapat Petunjuk Belajar Islam dari Pandhita Budha

Pekerjaan memperindah Sungai Ghangga di Indraprahasta berlangsung sekira tahun 410 Masehi.

Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman kemudian mengadakan upacara pemberian hadiah kepada para brahmana berupa 500 ekor sapi, pakaian, 20 ekor kuda, dan seekor gajah. Para pekerja juga mendapat hadiah dan bermacam makanan lezat.

Dua tahun kemudian, Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk memperkokoh dan memperindah tepian Sungai Cupu di Cupunagara.

Baca Juga: Sunan Gunungjati Pernah Digerebek Pangeran Panjunan Putra Syekh Nurjati karena Alasan Ini

Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman mengadakan upacara pemberian hadiah untuk para Brahmana berupa 400 ekor sapi, pakaian, dan makanan.

Setelah itu sebagai tanda selesainya pekerjaan tersebut dibuat prasasti-prasasti dengan tanda telapak kaki. Prasasti-prasasti itu diletakkan di tepi Sungai Ghangga dan Sungai Cupu.

Pada tahun 413 Masehi dilakukan pekerjaan untuk memperindah dan memperkokoh tepi Sungai Sarasah (Manukrawa).

Baca Juga: Pusaka Sakti Golok Cabang Milik Pangeran Walangsungsang yang Disebut Naskah Klayan, Begini Penampakannya

Karena saat itu Purnawarman sedang sakit, ia mewakilkan kepada mahamantri dan beberapa pembesar kerajaan untuk mengadakan upacara kurban bagi orang suci.

Benda-benda yang dihadahkan adalah 400 ekor sapi, 80 ekor kerbau, pakaian brahmana, panji Tarumanagara, 10 ekor kuda dan arca Wisnu.

Dampak dari pekerjaan itu membuat petani gembira karena banyak tanah tegalan menjadi subur.

Pada tahun339-417 Masehi, dilaksanakan kegiatan untuk memperkokoh dan memperindah sepanjang tepi Sungai Candrabhaga dan Sungai Ghomati.

Pekerjaan dilakukan siang malam dan dilaksanakan oleh beberapa ribu penduduk laki-laki dan perempuan dengan membawa peralatan masng-masing.

Upacara peresmian pekerjaan itu dilakukan oleh Purnawarman dan upacara pemberian hadiah berupa 1.000 ekor sapi, pakaian dan berbagai makanan lezat.

Kemudian dibuat juga prasasti yang dibubuhi telapak kaki, arca perwujudan dirinya, dan telapak kaki gajah Erawata.

Kegiatan memperindah dan memperkokoh tepi sungai berikutnya terjadi pada tahun 419 Masehi, kali ini yang dikerjakan adalah Sungai Taruma, sungai terbesar di Kerajaan Tarumanagara, yang hari ini kita kenal dengan sebutan Sungai Ciratarum yang mengalir sepanjang belasan kilometer.

Seperti biasa setelah pekerjaan selesai lalu diadakan upacara peresmian dan pemberian anugerah bagi para brahmana dan mereka yang berjasa. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa

Tags

Terkini

Terpopuler