Kilas Balik Ancaman Bom saat Pandemi, dari Mulai Bom WNI di Filipina Hingga Teror di NTB

- 20 Oktober 2020, 14:01 WIB
 Ilustrasi ledakan bom.
Ilustrasi ledakan bom. /Unsplash/kingmaphotos

PR INDRAMAYU – Aksi bom bunuh diri di Jolo, Negara Bagian Filipina yang diduga dilakukan oleh perempuan warga negara Indonesia.

Penggalangan percobaan peledakan markas TNI dan POLRI di NTB menunjukan bahwa ancaman aksi terorisme kendati dalam masa pandemi Covid-19 perlu diwaspadai.

Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com dari tribratanews, jaringan-jaringan terorisme internasional tersebut ternyata terus menjalin komunikasi dan diam-diam menyiapkan aksinya.

Baca Juga: Kabar Baik! Ridwan Kamil Ungkap PCR Jawa Barat Sudah Memenuhi Standar yang Diberikan WHO

Dan terbukti belum menyerah, sehingga aparat keamanan perlu mewaspadai apalagi di tengah suasana pandemi.

Mesti ada tekanan publik kepada lembaga Polri atas beberapa peristiwa seperti Djoko Tjandra dan pembubaran Ormas Islam beraliran keras HTI.

Tekanan psikologis akibat krisis ekonomi bagi sebagian masyarakat bisa menimbulkan keresahan sosial.

Baca Juga: Terungkapnya Kualifikasi Calon Penerima Beasiswa Unggulan, Singgung Kualitas Prestasi

Hal ini, jika ditambah dengan persoalan persoalan politik yang memendam ketidakpuasan atas rezim yang berkuasa, bisa menimbulkan gerakan-gerakan perlawanan yang bisa ditangkap oleh kalangan radikal.

Bukan hanya itu, hal tersebut juga akan menimbulkan jaringan teroris untuk melancarkan aksinya melawan negara dengan sasaran tempat peribadatan agama lain, markas polisi dan tentara yang dianggap thogut (penyembah berhala).

Tidak itu saja, selain sasaran keras berupa objek vital, kelompok radikal juga menyasar pejabat tinggi negara.

Baca Juga: Ikut Terseret, Seorang IRT akan Diperiksa KPK Terkait Kasus Dugaan Korupsi PT Waskita Karya,

Ancaman pembunuhan kepada pejabat pejabat negara tentu nyata, karena pernah terjadi pada Menko Polhukam Jenderal (Purn) TNI Wiranto.

“Aksi-aksi kecil yang mengarah kepada teror sudah bisa kita rasakan seperti penyerbuan rumah Habib di Solo yang ditengarai beraliran syiah, perobekan bendera merah putih dan bendera partai, belum lagi ujaran-ujaran kebencian di media sosial yang sangat bertebaran banyak sekali,” tertulis di laman tribrata.

Selain itu, kantong-kantong massa radikalisme juga ada di Indonesia seperti Poso, Aceh, NTB dan beberapa kota besar di Pulau Jawa yang memiliki basis pesantren beraliran keras patut diwaspadai.

Baca Juga: TERUNGKAP! Polisi Umumkan Hasil Rekam Medis Penyebab Meninggalnya Pelaku Pembunuh Bocah 9 Tahun

Kendati di tengah wabah pandemi dimana fokus dan konsentrasi para petugas baik TNI dan Polri sedang fokus menahan laju penyebaran Covid-19.

“Kita juga mengetahui pola gerakan terorisme internasional juga melakukan gerakan secara bersamaan untuk mendapat simpati dunia juga untuk menunjukan eksistensinya,”

“Maka kejadian bom bunuh diri di Jolo, Filipina dan ancaman teror di NTB jangan sampai dipandang sebelah mata,” tambah keterangan tertulis.

Baca Juga: Pelatih Singgung Kondisi Barcelona, Koeman: Kami Bukan Favorit, Tapi Kami Bisa Pergi Jauh

Jaringan internasional yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi, aparat Polri dan TNI wajib waspada, gerakan teror serentak di tengah pandemi bisa saja terjadi.

Untuk mencegah aksi-aksi yang lebih besar bisa terjadi, semoga Indonesia dilindungi dari aksi aksi terorisme, maka kewaspadaan dan patroli lingkungan dan cyber harus terus dilakukan.***

 

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Tribrata News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x