"Dari dulu abah (Ma'ruf) tahu saya orang yang mandiri. Meskipun bukan cucu kandung," sambungnya.
Pria berusia 33 tahun ini, diketahui punya hubungan keluarga dengan Wapres Ma'ruf dari postingan akun Instagramnya beberapa waktu lalu. Ia menceritakan pertemuannya dengan Ma'ruf dalam suasana penuh keakraban. Mulai dari berolahraga, berdiskusi hingga sarapan bersama.
"Tadi akhirnya pun beliau menyampaikan dan memperkenalkan saya sebagai cucunya karena masih ada hubungan darah kandung," ungkapnya.
Baca Juga: [UPDATE] Virus Corona Indonesia per Senin, 31 Agustus 2020: Sudah Tembus 174 Ribu Kasus Terinfeksi
Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati menilai, tumbuh suburnya dinasti politik tidak terlepas dari pengaruh sikap pragmatis partai dalam mengusung kandidat kepala daerah.
"Partai cenderung mencalonkan orang yang memiliki popularitas tinggi atau modal sosial besar," kata Ninis, sapaan akrab Khoirunnisa kepada Rakyat Merdeka.
Politik kekerabatan ini diakuinya tidak dilarang oleh Mahkamah Konstitusi. Namun, ada efek buruknya yang harus dicegah.
Baca Juga: Ma'ruf Amin Minta Vaksin Covid-19 Bersertifikat Halal, Netizen: Ini Wapres atau Ketua MUI Sih?
"Efek buruknya adalah berpotensi menimbulkan ruang kompetisi yang tidak setara," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Ninis, dampak buruk dari politik dinasti ini bisa diantisipasi dengan memastikan proses demokratisasi di internal partai politik. Perlu ada aturan yang mewajibkan orang-orang yang dicalonkan sudah harus menjadi kader partai minimal 2 tahun.