"Kalau melihat mekanisme sumbernya, ini adalah sesar naik jadi sebenarnya sensitif terhadap tsunami jika kekuatannya besar, di atas 7 dan memiliki kedalaman lebih dangkal," tuturnya.
Melalui, akun Instagramnya, Daryono menjabarkan, gempa selatan Malang ini bukan termasuk Gempa Megathrust.
Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel berjudul “Gempa Jawa Timur, BMKG Sebut Lempeng Indo-Australia Mulai Menukik di Bawah Lepas Pantai Selatan Malang”, gempa itu dikategorikan Gempa Menengah di Zona Beniof.
Dasar penyebutan ini adalah adanya deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam.
Patahan batuan itu kemudian tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.
Baca Juga: Prediksi Madrid Vs Barcelona di beIN Sports: Duel Messi-Benzema di El Clasico ke-45
Daryono menjabarkan bahwa selatan Malang merupakan kawasan seismig aktif dan kompleks, hampir dua bulan sekali terjadi gempa yang dirasakan oleh masyarakat.
Kemudian, dilihat dari catatan sejarah, di kawasan ini sudah mengalami gempa merusak pada masa lalu, seperti yang terjadi pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963, dan terakhir 1972.
"Ini adalah gempa yang pernah terjadi pada masa lalu," ujarnya.