Sementara itu, puncak konservatisme MUI baru terjadi pada 2017, ditandai dengan fatwa tentang tidak bolehnya seorang non-Muslim menjadi gubernur.
Dengan adanya fatwa itu, maka lahir Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, yang mulanya diketuai oleh Bachtiar Nasir, lalu Yusuf Martak, yang keduanya merupakan pengurus MUI.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Cuka Berbahaya Obati Kulit Terbakar Akibat Sinar Matahari? Simak Faktanya
Namun menurutnya, yang paling membuat citra MUI semakin buruk adalah munculnya tokoh-tokoh MUI yang kerap membuat pernyataan yang merisaukan masyarakat, salah satunya Tengku Zulkarnain.
"Yang merisaukan publik juga adalah munculnya tokoh-tokoh MUI yang kerap membikin 'kekacauan' dengan pernyataan-pernyataan yang amat merisaukan. Tidak banyak sih mereka ini. Hanya ada dua-tiga sosok saja. Salah satunya adalah Tengku Zulkarnain," kata Ulil.
Menurutnya, perkembangan-perkembangan semacam itu lah yang membuat banyak kalangan memiliki pandangan buruk tentang MUI.
Baca Juga: Setelah Jadi Pahlawan Kemenangan MU, Edinson Cavani Justru Terancam Diselidiki FA
Alhasil, MUI pun sering menjadi sasaran hujatan publik di media sosial.
"Citra yang buruk ini bukan tidak disadari oleh teman-teman yang ada di dalam MUI. Sebetulnya banyak kok tokoh Muslim moderat dan progresif di dalam MUI, tetapi mereka 'ditenggelamkan' oleh sosok-sosok 'trouble maker' seperti Tengku Zul itu," tutur Ulil.
Ulil lalu mengungkapkan bahwa tidak adanya nama Tengku Zulkarnain dalam daftar pengurus baru MUI, memang merupakan upaya dari kubu penyegaran yang tidak ingin ada lagi kubu konservatif di dalam tubuh MUI.