Mengenal Maiyah, Penghafal Al-Quran Asal Indramayu yang Berprofesi Sebagai Penjual Es dan Gorengan

- 19 November 2020, 15:56 WIB
Maiyah (kiri) bersama salah seorang pengurus JQHNU Indramayu Ru'yatun Hilali (Foto: NU Online Jabar/bdullah Alawi)
Maiyah (kiri) bersama salah seorang pengurus JQHNU Indramayu Ru'yatun Hilali (Foto: NU Online Jabar/bdullah Alawi) /bdullah Alawi//NU Online

PR INDRAMAYU – Salah satu peserta Diklat Kebangsaan Angkatan Ketiga oleh PW JQHNU Jawa Barat (Jabar) adalah Maiyah. Ia berasal dari Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu,

Maiyah mengikuti diklat tersebut yang diadakan oleh PW JQHNU (Pengurus Pimpinan Wilayah Jam’iyatul Qurra Wal Huffadz Nahdlatul Ulama) Provinsi Jawa Barat pada Rabu, 18 November 2020.

Kegiatan di Hotel Asrilia, Kota Bandung, itu merupakan bagian dari program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha). Sebanyak 9 Kabupaten dan 4 Kota di Jabar tercatat mengikuti kegiatan itu.

Baca Juga: Merasa Terhormat, Luna Maya Ungkap Dirinya akan Isi Suara di Film ‘Mulan’

Di antara 9 kabupaten itu ialah Indramayu, Bandung, Bandung Barat, Garut, Cianjur, Kuningan, Sumedang, Tasikmalaya, dan Pangandaran.

Sedangkan 4 kota yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Bandung, Tasikmalaya, Banjar, dan Cimahi.

Peserta yang tercatat menghadiri kegiatan Diklat Kebangsaan itu berjumlah 338 penghafal Quran  se-Provinsi Jawa Barat. Maiyah berada di antara mereka.

Baca Juga: Gisel Diperiksa Selama 5 Jam, Hasilnya Polisi Bakal Segera Undang Ahli ITE untuk Cek Wajah Pemeran

Berbeda dengan peserta lainnya, ia terlihat berjalan dengan kursi roda. Sejak usia 3 tahun, Maiyah memang tidak bisa berjalan dengan kedua kakinya.

Pada materi mengenai Wawasan al-Qur’an, Maiyah terlihat menyaksikan Wakil Katib KH Hadi Hidayatullah yang menjadi pemateri. Materi itu disampaikan di hari pertama diklat.

Maiyah mulai menghafal Quran pada usia 12 tahun yakni pada 2002 silam. Kala itu, ada seorang dermawan yang bersedia menanggung semua biaya pendidikannya untuk belajar di pesantren khusus menghafal Quran.

Baca Juga: Ratusan Pelipat Suara di Tasikmalaya Kena Teguran Keras Polisi, Sebagian Diminta Keluar dari Ruangan

Pesantren yang menjadi tempat belajarnya terletak di Cirebon. Ia menimba ilmu di pesantren itu selama 7 tahun lamanya.

Maiyah menuturkan bahwa ia bisa menghafal Quran 30 Juz selama 5 tahun lamanya. Pada 2 tahun terakhir belajar di pesantren tersebut, ia berusaha menyempurnakan hafalannya.

Pada tahun 2009, ia pulang ke kampung halamannya di usia yang menginjak 19 tahun. Di rumah, ia menemani ibunya yang telah memasuki usia senja.

Baca Juga: Lanjutan Dugaan Kasus Korupsi Rektor Unnes, Aliansi Mahasiswa Desak KPK dan Singgung Pikiran Kritis

Ayahnya sudah meninggal dunia dan seluruh kakaknya (yang berjumlah 4) telah berkeluarga.

Kegiatannya selama di rumah adalah menjaga hafalan sekaligus membantu ibunya. Ia terbiasa membantu mencuci pakaian ibu dan dirinya. Terkait memasak nasi, ia dibantu salah satu kakaknya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

Dalam menjaga hafalan, ia senantiasa mengulangnya sebanyak 2 juz setiap setelah salat subuh. Ia mengulang 2 juz berikutnya di keesokan harinya, terus-menerus, selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Terbukti Bersalah, Majelis Hakim Beberkan Perkara Jerinx SID Hingga Divonis dan Kena Denda

Selain itu, ia pun berjualan es teh manis dan gorengan agar tak bergantung kepada orang lain. Ia berjualan di sebuah musala yang terletak dekat dengan rumahnya sekira 50 meter.

“Di situ banyak anak-anak mengaji, sekitar 50 orang,” tutur Maiyah dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari NU Online Jabar.  

Ia diantar kakaknya dalam membawa barang dagangannya. Ia berdagang sejak pukul 3 sore hingga 8 malam. Penghasilan yang bisa ia raup terkadang Rp10.000 hingga Rp15.000 per harinya.

Baca Juga: dr. Tirta: Kalau Misalkan Pak Anies Dipanggil, Ya Harusnya Pak RK dan Pak Ganjar Juga Dipanggil

Saat berdagang, ia juga tak henti dalam menjaga hafalannya.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah