INDRAMAYUHITS - W.S. Rendra, penyair Indonesia yang selalu terkenang dengan sajak-sajak lugasnya, punya Puisi Galak tentang Tragedi Mei 1998
Tragedi Mei 1998 menyimpan sejarah kelam bagi Indonesia, sederet peristiwa kejam dan berdarah di dalamnya menyulut api dada para Penyair Indonesia untuk bersuara, termasuk W.S. Rendra
Puisi W.S. Rendra itu berjudul "Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia"
Berikut puisi tentang Tragedi Mei 1998 dari pemilik nama asli Willibrodus Surendra Broto alias W.S. Rendra, yang dalam sajaknya mengalir air mata
Baca Juga: EDISI PUISI ! Berikut Ini 4 Puisi Cinta yang Bikin Bahagia, Yuk Baca !
Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia
Oleh: W.S.Rendra
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara
Baca Juga: Tadarus Puisi: Sajak Sebatang Lisong, Suara Pembelaan Rendra untuk Kemiskinan dan Keboodohan
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Baca Juga: Tadarus Puisi: WS Rendra Memotret Transisi lewat Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Baca Juga: Tadarus Puisi: Kesaksian Akhir Abad, Catatan Kritis WS Rendra di Ujung Abad 20
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Itulah puisi W.S Rendra tentang Tragedi Mei 1998.***