Dikecam Berbagai Negara Mayoritas Muslim, Emmanuel Macron Angkat Bicara Soal Pemboikotan

- 1 November 2020, 20:56 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron memberi keterangan saat diwawancara Al Jazeera
Presiden Prancis, Emmanuel Macron memberi keterangan saat diwawancara Al Jazeera /euronews/

PR INDRAMAYU - Pada Sabtu 31 Oktober 2020, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia menghormati para Muslim yang terkejut oleh kartun Nabi Muhammad, namun hal ini bukanlah sebuah alasan untuk melakukan kekerasan.

Dirinya sedang berupaya untuk memperbaiki apa yang dia katakan sebelumnya dan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis terhadap Muslim di dunia, Macron memberikan kesempatan wawancara kepada jaringan televisi Arab Al Jazeera disiarkan pada Sabtu.

Selama wawancara, Macron menyampaikan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan dia akan tetap membela hak kebebasan berekspresi termasuk juga penerbitan kartun.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Jokowi Dikabarkan Siap Pimpin Indonesia 3 Periode, Begini Kebenarannya

Akan tetapi, Macron menekankan bahwa tak berarti dirinya maupun para pejabatnya turut mendukung kartun-kartun tersebut, yang telah dianggap menghujat Muslim, dan juga tidak berarti bahwa Prancis anti Muslim.

"Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang-orang terkejut dengan kartun ini, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik karena kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir, menggambar," kata Macron, menurut transkrip wawancara yang dirilis oleh kantornya.

"Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi pada saat yang sama, melindungi hak-hak ini," sambung dia. 

Baca Juga: [UPDATE] Data Kasus Covid-19 di Awal November: Pasien Sembuh Hampir 2x Lipat Temuan Pasien Positif

Peristiwa kekerasan yang dimaksud merupakan serangan penusukan yang berujung maut kedua di Prancis dalam kurun dua minggu.

Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com melalui Antara, tersangka penyerangan berusia 21 tahun, asal Tunisia, yang ditembak oleh polisi dan kini sedang mengalami kondisi kritis di rumah sakit.

Ada penambahan tiga orang lainnya yang sekarang sudah ditahan, karena dicurigai telah melakukan kontak dengan tersangka penyerang.

Baca Juga: Nomor Induk KTP Tidak Terdaftar di Eform BRI? Pakai Cara Ini Dijamin Tetap Dapat BPUM Rp2,4 Juta

Ribuan tentara dikerahkan oleh Macron untuk melindungi berbagai lokasi di antaranya, tempat ibadah dan sekolah.

Sedangkan, para menteri juga telah memperingatkan bahwa kemungkinan serangan militan lainnya dapat terjadi.

Serangan Nice yang bertepatan dengan perayaan hari lahir Nabi Muhammad saw, terjadi di tengah kemarahan yang memuncak di kalangan Muslim di seluruh dunia atas pembelaan Prancis pada hak untuk menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad saw.

Baca Juga: Sikapi Rencana Unjuk Rasa Tolak UU Ciptaker 'Jilid 2' Besok, Wiku Ingatkan Bahaya Penularan Covid-19

Seorang guru sekolah di pinggiran Kota Paris, Samuel Paty, pada 16 Oktober 2020, kepalanya dipenggal oleh seorang remaja keturunan Chechnya.

Warga berusia 18 tahun tersebut, tampaknya marah terhadap guru itu, yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad saw di kelas selama pelajaran kewarganegaraan berlangsung.

Di beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim, para demonstran mengecam tindakan Prancis dalam aksi demonstrasi di jalanan.

Baca Juga: Boikot Produk Prancis Rambah Ranah Otomotif, Erdogan Ditantang Tutup Pabrik Mobil Terlaris di Turki

Beberapa negara juga turut menyerukan pemboikotan terhadap produk-produk asal Prancis.

Prancis yang gelisah, berupaya mengantisipasi kemungkinan penyerangan lainnya, tersentak pada Sabtu malam, ketika seorang imam Ortodoks Yunani ditembak dan mengalami luka-luka di gerejanya di kota Lyon di Prancis tenggara.

Akan tetapi, para pejabat tidak berikan indikasi terkait dugaan terorisme pada serangan yang terjadi di gereja Lyon.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah