Khutbah Jumat 24 September 2021 untuk Hari Ini Khotib Bisa Membahas Perubahan Iklim dalan Ajaran Islam

- 24 September 2021, 05:00 WIB
Berikut ini contoh khutbah Jumat untuk hari ini 24 September 2021, khotib bisa membahas soal krisis iklim dalam pandangan Islam.
Berikut ini contoh khutbah Jumat untuk hari ini 24 September 2021, khotib bisa membahas soal krisis iklim dalam pandangan Islam. /Pexels.com/Abdulmeilk Aldawsari

Salah satu ayat yang masyhur terkait hal ini adalah surat al-Rum: 42 yang berbunyi: “Zhaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aydinnas” telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Makna fasad di dalam ayat ini, bermakna yang material dan non-material. Makna material, bisa dalam dalam bentuk kehilangan hutan yang terus meningkat, pencemaran laut dan perairan, atau hilangnya fungsi sebuah ekosistem yang dibutuhkan untuk kehidupan. Sedangkan makna non-material adalah kerusakan cara berpikir, matinya spiritualitas manusia dalam menghayati keberadaan alam, dan kerusakan gaya hidup manusia yang menjadikan konsumsi sebagai tujuan hidup.

Baca Juga: Prediksi West Brom vs QPR EFL Championship pada 25 September 2021 Dilengkapi Gambaran Pertandingan

Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk memperlambat atau menghentikan krisis iklim ini? Dalam kesempatan ini, khatib hendak menawarkan sejumlah hal:

Pertama, Yang paling utama adalah kita harus memiliki pengetahuan global terhadap persoalan ini, tetapi sekaligus melakukan inisiatif di tingkat lokal. Diantara yang dapat kita lakukan adalah memasifkan aktivitas menanam pohon. Hal ini telah disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadits yang dikemukakan di muqaddimah tadi, yaitu: “In Qāmat as-Sā’ah wa fī yadi ahadikum fasīlah, fa in istathā’a an lā taqūmas saah hattā yugrisaha fal yugrisha.” Seandainya jika kiamat akan terjadi, sedangkan di tanganmu ada benih/tunas, jika engkau mampu untuk menanamnya sebelum kiamat itu terjadi, maka tanamlah. Hadits ini menekankan pentingnya menanam pohon meskipun hari kiamat datang esok hari. Jadi menghadapi kiamat itu, Nabi memerintrahkan kita untuk memanam bukan memanah dan berkuda.

Kedua, kitaperlumengembangkan tafsir ekologis dalam beragama. Yang dimaksud dengan “tafsir” dalam konteks ini bukanlah disiplin ilmu tafsir al-Qur’an yang memiliki syarat-syarat yang ketat sebagaimana disepakati oleh para ilmuwan tafsir. Maksud tafsir disini adalah pemahaman dan penghayatan seorang muslim terhadap ajaran Islam. Umat Islam di Indonesia sudah waktunya mengembangkan tafsir yang berwawasan lingkungan dalam memahami dan menghayati bangunan ajaran Islam.

Kenapa demikian? karena di dalam al-Qur’an, misalnya, banyak ditemukan ayat-ayat yang sangat jelas merujuk pada fakta-fakta keseimbangan ekologis seperti ayat-ayat tentang gunung, ayat-ayat tentang air, ayat-ayat tentang pohon, ayat-ayat tentang hewan, dan lain sebagainya. Yang lebih jauh mendasar adalah al-Qur’an memerintahkan kita untuk merenungkan asal-usul keberadaan manusia. Itab suci banyak menyebut asal-usul kejadian manusia yang berasal dari saripati tanah yang diciptakan oleh Allah Swt.

Baca Juga: Lokasi yang Pernah Dijadikan Panggung untuk Penampilan BTS, Salah Satunya Everland Theme Park

Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitabnya yang sangat terkenal, Mu’jam al-Mufahras li Alfādzil Qur’ān al-Karīm menghitung jumlah kata-kata yang sangat berkaitan dengan keberadaan berbagai jenis makhluk hidup dan entitas ekologis sebagai penanda keseimbangan planet bumi, sebagai berikut:

Pertama, benda-benda langit. kata langit disebut sebanyak 310 kali, matahari disebut sebanyak 33 kali, bulan disebut sebanyak 27 kali, bintang disebut sebanyak 18 kali, awan disebut sebanyak 9 kali, dan angin sebanyak 27 kali;

Halaman:

Editor: Asytari Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x