Pandemi Covid-19 Picu ‘Tsunami’ Sastra, Simak 6 Karya Telah Tercipta, Ada ‘Bubarnya Agama’

- 9 Desember 2020, 20:05 WIB
Ilustrasi Karya Sastra.
Ilustrasi Karya Sastra. /pixabay/ DariuszSankowski

 

PR INDRAMAYU – Profesor Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Melani Budianta, mengamati karya sastra yang tercipta di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Melani, produksi sastra begitu melimpah sepanjang tahun 2020. Menurut salah satu pengajar sastra di UI, Sunu Wasono, hal itu diibaratkan sebagai ‘tsunami.

Selain sebagai “saksi zaman”, karya ini bisa menjadi serupa terapi yang menyalurkan tekanan berat menjadi bacaan yang terasa dekat dan relevan bagi siapapun yang merasa mengalaminya.

Baca Juga: Istrinya Disebut Sudah Tidak Cantik Lagi, Ernest Prakasa: Untungnya Gue Gak Pernah Anggap Dia Cantik

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation, berikut 6 karya sastra yang tercipta di era pandemi Covid-19.

  1. Antologi Cerpen “Sepersejuta Milimeter dari Corona”

Karya ini berisi 269 cerpen yang ditulis pengarang se-Indonesia yang tergabung dalam kelompok bernama “Kampung Pentigraf Indonesia”. Pelopor cerpen 3 paragraf, Tengsoe Tjahjono, adalah yang mengumpulkan tulisan tersebut dari 15 Maret hingga 15 April 2020.

Di antara judul-judul cerpen yang ada di dalamnya adalah “Namaku Corona”, “Korina dan Korona”, “Bayi Corona” dan “Pakai Maser”. Kisah yang dituturkan terkadang tak bisa diduga oleh pembaca.

Baca Juga: Singgung Motif Bisnis Kandidat Pilkada 2020, Akademisi Ungkap Relasinya dengan Lingkungan Hidup

  1. Antologi Puisi “Peradaban Baru Corona”

Antologi puisi berisi 99 karya yang ditulis oleh baik yang pernah atau yang masih menjadi wartawan seperti Sutardji Calzoum Bachri, Adri Darmadji Woko, dll.

Sastrawan Remy Sylado bertindak selaku kurator dan menyampaikan prolog di dalamnya. Budayawan Abdul Hadi Widji Muthari turut menyampaikan epilog pada antologi tersebut.

  1. Antologi Cerpen “COVID-19 dan Sepilihan Fiksi Lainnya”

Karya ini dihimpun penulis muda Aris Rahman P. Putra. 38 karya yang keluar dari rambu-rambu kesantunan dan kepatutan ditelurkan oleh 32 penulis.

Baca Juga: Diisukan Berantem Gara-gara Unfollow, Akhirnya Caren Delano Buka Suara Hingga Ungkap Sifat Syahrini

Tema yang dibawanya pada karya yang dikemas elektronik itu berkaitan dengan kiamat. Nada yang diungkap cerita-cerita itu adalah satir, ironis,humor, mati rasa, getir, dan sebagainya.

  1. Antologi Cerpen “Pesan Penyintas Siang”

Buku ini lahir dari program yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yakni “Program Nulis Dari Rumah” untuk menyemangati penulis pada masa pandemi.

Antologi ini terbagi 3 tema yaitu (1) cerpen yang fokus pada Covid-19, (2) cerpen yang menggali nuansa Nusantara, dan (3) cerpen yang merefleksikan tema kebangsaan secara kritis.

Baca Juga: Deretan 7 Artis Berikut Meriahkan Pilkada Serentak 2020, Ada Lucky Hakim dan Adly Fairuz!

  1. Antologi Karya Sastra “Kemanusiaan pada Masa Wabah Corona”

Antologi ini berisi kumpulan puisi, cerpen, dan esai lintas disiplin yang dihasilkan 110 penulis. Mereka tergabung dalam asosiasi penulis Indonesia yang didirikan Badan Ekonomi Kreatif pada 2018 lalu yakni Satupena.

Di antara karya yang ada di dalamnya ditulis wartawan senior Debra Yatim. Ia menyampaikan sastra sebagai kunci atas gerendel yang memasung saat pandemi dalam esainya yang berjudul “The Role of Poetry when the World is Uncertain”.

  1. Puisi “Bubarnya Agama”

Puisi ini dibuat oleh penulis sekaligus penggerak tasawuf asal Aceh, Said Muniruddin, pada Maret 2020 lalu.

Puisi itu lalu menjadi viral saat beredar di media sosial. Inti dari karya tersebut adalah bahwa virus corona berhasil memurnikan agama dengan melumpuhkan keramaian dan memaksa manusia untuk menemukan Tuhan dalam keheningan serta kesendirian.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah