INDRAMAYUHITS – KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memiliki prinsip, jika mendidik anak hendaknya tidak diajari untuk membenci sesuatu, apalagi yang terselubung.
Gus Baha sangat menghindari hal itu pada anak-anaknya. Karena, anak masih mempunyai pikiran yang luas untuk mengeksplorasi dunia sana dan sini.
Anak juga akan menyimpulkan mana yang ia senangni dan mana yang ia benci di masa-masa ini.
Baca Juga: Waktu Paling Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat Menurut Gus Baha, Ternyata Bukan Malam Hari
Maka dari itu mendidik anak adalah prioritas nomor wahid dalam keluarga. Setidaknya, sampai anak merasa diperhatian oleh kedua orang tuanya.
Hal itu disampaikan Gus Baha dalam video konten Youtube Ngaji Kyai Gus Baha.
Menurutnya, ketika anak mengajak jalan-jalan ada kalanya mengiyakan ajakan anaknya pergi jalan-jalan ke suatu tempat.
Baca Juga: Gus Baha Sindir Umat Islam yang Berdoa dan Mendekat Allah Saat Ada Masalah, Begini Sarannya
Meski Gus Baha sangat dikenal dengan jadwal ngaji yang padat, tapi ia berusaha untuk tidak membuat anaknya merasa tersampingkan.
Jadi, sebisa mungkin ia mengiyakan apa yang diinginkan anak meskipun sebentar. Setidaknya sampai anak merasa puas.
“Saya biasanya ngaji itu telat pak, 10 menit. Ya karena memang mengiyakan anak jalan-jalan tadi,” kata Gus Baha.
Gus Baha berpesan, jangan sampai anak tersebut membenci kegiatan mengaji dan belajar, jika kegiatan yang dikerjakan bapaknya mengganggu kreativitasnya.
“Kalau dia benci saya mungkin tidak mengapa pak, tapi kalau dia membenci proses mengaji itu yang saya jadi ini (hindari),” kata Gus Baha.
Jadi, sambungnya, anak akan mengambil kesimpulan kalau ayahnya tidak bisa mengiyakannya karena mengaji. Kadang itu membuat anak menjadi benci dengan mengaji.
Baca Juga: Gus Baha Ungkap Bagaimana Cara Masuk Surga Lewat Sujud
Namanya juga anak-anak, jadi mereka tidak bisa berpikir dengan matang apa yang sebenarnya terjadi.
Oleh karenanya, Gus Baha mencoba memberikan pengertian sambil mengiyakan apa yang diminta anaknya.
Jadi menurut Gus Baha, hal itu akan membuat anaknya merasa menjadi nomor satu dimata ayahnya. Setidaknya begitu.
“Jadi, anak itu akan beranggapan kalau ayahnya masih menganggapnya nomor satu,” ucap Gus Baha. ***