Dari sisi psikoseksual, anak yang banyak dilarang saat fase oral akan merasa cemas dan tegang.
Ini yang kemudian memicu hal-hal negatif berupa kebiasaan buruk.
Untuk itu, sudah saatnya orang tua bersikap lebih kooperatif dengan fase oral bayi dan balita.
Salah satu yang bisa diupayakan dengan fase oral perkembangan anak adalah memastikan kebersihan dan kenyamanan bayi saat sedang bereksplorasi dengan mulutnya.
Lalu apa akibat dari kurangnya stimulasi oral pada si kecil? Dalam teori psikoanalisis, kecemasan dan ketegangan anak akibat kurang stimulasi oral dapat berlanjut hingga dewasa.
Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak matang dan selalu haus akan stimulasi oral. Seperti ada sesuatu yang hilang dan perlu digantikan dengan perilaku tertentu.
Gangguan perkembangan fase oral ini kemudian memicu beberapa gangguan perilaku akibat stimulasi oral yang kurang, akibat orang tua overprotektif, juga kelebihan stimulasi oral seperti makan berlebih.
Orang yang saat kecilnya mengalami gangguan fase oral, cenderung suka mengonsumsi minuman dan berpotensi menjadi pencandu minuman beralkohol.
Beberapa teori juga mengaitkan antara gangguan fase oral saat kecil dengan perilaku mencandu rokok, makan berlebih, pica - konsumsi benda yang bukan makanan karena kebiasaan atau gangguan perilaku umumnya pada anak-anak - hingga kebiasaan menggigiti kuku.