Ciptakan Pembelajaran Online Berkualitas, Butuh Kolaborasi Guru, Murid Hingga Ahli Teknologi

16 Oktober 2020, 20:38 WIB
Ilustrasi belajar di sekolah. /*Pixabay /

PR INDRAMAYU - Di era digital seperti saat ini, mempelajari suatu keterampilan dari suatu buku atau video di internet tidaklah cukup. 

Banyak guru dan akademisi berpendapat bahwa pengalaman belajar tatap muka tetap lebih memuaskan dibandingkan pembelajaran digital.

Pertumbuhan platform yang menyediakan kelas daring (Massively Open Online Courses, atau MOOC) dalam beberapa tahun terakhir telah menantang pandangan tersebut.

Baca Juga: Miris! Peringati Hari Pangan Sedunia, 132 Juta Orang Diprediksi Menderita Kelaparan

Pembelajaran model baru ini telah menjadi daya tarik tersendiri dan mendorong munculnya berbagai program kursus gratis maupun bisnis kelas daring.

Bagaimana kita mengakomodasi dunia digital yang terus berubah ini?

Secara historis, ketika kereta api pertama kali ditemukan, menumpanginya dan melihat dunia melalui jendela kereta yang berjalan kencang adalah pengalaman yang mengerikan.

Baca Juga: Nikita Willy Tahan Air Mata saat Ijab Kabul Hingga Dipinang Mahar Emas Bertahtakan Berlian

Ketakutan itu juga muncul ketika seseorang menjadi bagian atau menyaksikan kecelakaan kereta api. Orang membutuhkan waktu untuk dapat memahami realita baru ini dan mengubah pola pikir mereka tentang transportasi.

Hal yang sama juga berlaku untuk perubahan dunia pendidikan yang dipengaruhi oleh teknologi digital. 

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari situs thecpnversation.com, tidak ada waktu bagi kita untuk jeda sejenak dari perubahan. Seperti yang dikatakan filusuf Amerika Serikat, Donald Schon, yang kita butuhkan adalah menyesuaikan diri dengan perubahan.

Baca Juga: Dokter Ungkap Kondisi Bayi yang Dikandung, Apabila sang Ibu Dinyatakan Positif Covid-19

Bagaimana kita bisa mengambil hati dan pikiran siswa serta guru untuk memastikan bahwa mereka sama-sama memahami dan mengalami pembelajaran online sebagai sesuatu yang bermakna? 

Apakah ini adalah sekadar persoalan menantang pola pikir tradisional yang disebutkan di atas?

Dengan menjelajahi berbagai cara bagaimana pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran daring, kita bisa mulai mengidentifikasi serangkaian pendekatan - mulai dari yang sederhana yakni menyediakan teknologi pengganti hingga mendefinisikan ulang makna pembelajaran secara radikal.

Baca Juga: Deretan Inisal Nama 7 Prajurit TNI yang Tersandung Kasus LGBT Hingga Sampai Vonis Pemecatan

Dalam model substitusi, penambahan, modifikasi, dan redefinisi ini, kami menemukan banyak pendidik yang cenderung memaknai perubahan ini dengan sekadar mengganti praktik kelas tatap muka dengan teknologi baru.

Akibatnya, esensi kemanusiaan dari pengalaman mengajar menjadi hilang ketika prosesnya dijembatani media digital.

Contohnya adalah penyediaan bahan ajar secara elektronik untuk menggantikan buku teks. Hasilnya, suasana belajar tersebut menjadi kikuk dibandingkan dengan pengalaman penggunaan internet untuk kegiatan sehari-hari. 

Baca Juga: Viral! Siswa SMK Ajukan Uji Materi UU Ciptaker ke MK, Alasannya Sangat Menohok

Pengalaman siswa di ruang pendidikan digital bisa jadi sangat berbeda dengan pengalaman ketika mereka menggunakan media sosial, belanja, dan bermain game.

Ketidakcocokan ini adalah contoh bagaimana transisi dari kelas fisik ke online seringkali tidak dikelola dengan baik.

Ada kesenjangan alami antara apa yang dipercaya oleh guru dengan yang dialami siswa.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: theconversation.com

Tags

Terkini

Terpopuler