4 Ulama Nusantara Ini Pernah Disinggahi Nabi Khidir, dengan Penampilan dan Waktu yang Tak Terduga

7 Februari 2022, 22:09 WIB
Ilustrasi wali Allah. /Pixabay/TamalRoy

INDRAMAYUHITS - Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian termasuk para Nabi utusan Allah.

Mereka hidup seperti umumnya manusia biasa makan, minum, nikah, tidur dan wafat. Bahkan umurnya seperti umur manusia rata-rata.

Meski demikian, ada empat Nabi yang diberi umur panjang oleh Allah dan hidup hingga sekarang, dua Nabi hidup di langit dan dua lainnya hidup di bumi.

Baca Juga: Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya NU Ternyata Adalah Ulama Besar Keturunan Cirebon

Seperti dilansir Indramayu Hits dari Akun Youtube Tafakkur Fiddin berjudul 4 Wali Allah Indonesia yang Bertemu Nabi Khidir, dua Nabi yang hidup di langit adalah Nabi Isa dan Idris, sementara yang hidup di bumi adalah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas.

Disebutkan bahwa Nabi Khidir dipercaya menjaga lautan, sementara Nabi Ilyas dipercaya untuk menjaga daratan. Hal itu disebutkan dalam Kitab Al-Ishabah, dari Ibnu Syahin.

Juga disebutkan dalam kitab Al Bidayah wa Al Nihayah Imam Makhul berkata dari Ka’ab: Empat dari golongan para Nabi masih hidup dua di bumi, yaitu Ilyas dan Khidir, dan dua di langit, yaitu Nabi Idris dan Isa.

HabiBaca Juga: Kisah Kewalian Habib Toha Lewat Mimpi Orang Sholeh yang Bertemu Sunan Gunung Jati dalam Rapat Wali Qutub

Keempat Nabi di atas akan tetap hidup atas izin Allah sampai waktu yang telah di tentukan oleh Allah.

Hanya Allah yang berhak menghidupkan hambanya dan Dia pula yang mewafatkanya. Dan di video ini kita akan menceritakan 4 ulama Nusantara yang pernah bertemu dengan Nabi Khidir As.

KH Maimun Zubair (Mbah Mun)

Diceritakan, Mbah Moen dulu ketika nyantri di Pesantren Lirboyo pernah ditemui Nabi Khidir As, sekitar jam 11.00 siang.

Baca Juga: 4 Resep Tirakat Orang Tua agar Anak Menjadi Soleh Menurut Habib Luthfi, Ada Wirid Ini Saat Mencuci Beras

Seperti ada suara yang memanggil nama beliau, ternyata suara itu berasal dari kuburan dekat pondok.

Ternyata di kuburan itu ada Nabi Khidir, pakaianya seperti petani, pakai caping. Inti yang disampaikan Nabi Khidir adalah:

Kamu cinta sama saya, saya juga cinta sama kamu. Dijamin Gusti Allah nantinya setelah dawuh begitu, Nabi Khidir mendoakan Mbah Moen lama sekali.

Baca Juga: BUMN PT Rajawali Nusindo Buka Lowongan Kerja Februari 2022 untuk Penempatan Kerja Kantor Cabang Banda Aceh

Setelah lama berdoa dan diamini oleh Mbah Moen Muda, Nabi Khidir kemudian menghilang. Mbah Moen juga akhirnya balik ke pondok lagi.

Fakta ini ternyata diketahui Kyai Mahrus Ali. Setelah pertemuan itu, Mbah Moen muda langsung terlihat sosok santri muda yang sangat alim, Mbah Moen muda juga akhirnya mengaku kepada Kyai Mahrus perihal yang baru saja dialami.

Setelah peristiwa itu, Mbah Moen muda akhirnya sowan kepada Mbah Kyai Hamid Pasuruan. Setelah sampai di kediaman Kyai Hamid, sebelum matur apapun, langsung Kyai Hamid berkata:

Baca Juga: Prilly Latuconsina Bingung Atur Waktu Antara Klub dan Industri Film

Saya sudah tahu, ini baru saja dikasih kabar Nabi Khidir, sekarang saya pesan kamu, ‘yang hati-hati ya.

Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari

Diceritakan, dulu ketika itu hujan turun dengan begitu deras di Kabupaten Bangkalan. Khususnya di Demangan, pondok pesantren asuhan Syaikhuna Khalil Bangkalan.

Meski hujan mengguyur dengan derasnya, ada saja orang yang bertamu kepada beliau. Terlihat di antara rintik hujan yang semakin deras. Seorang tua lumpuh dengan susah payah hendak berkunjung menemui Syaikhuna Kholil.

Baca Juga: Dialog Habib Luthfi dan Kiai Sepuh, Pelajaran Sebutir Nasi dan Makna Doa Makan yang Sangat Dalam

Syaikhuna Kholil segera tanggap, beliau memerintahkan santrinya untuk menyusul. "Adakah di antara kalian yang mau menggendong dan membawa tamuku di luar sana itu?," kata Syaikhona.

"Biar saya saja, Yai," jawab seorang santri muda mendahului teman-temannya. Santri muda itu bergegas meloncat menembus terintik hujan yang semakin deras, menghampiri orang tua itu.

Tanpa pikir panjang, ia menggendongnya untuk menemui Syaikhona Kholil. Dengan sangat akrab, Syaikhona Kholil menyambut tamunya dan di antara keduanya terjadi dialog empat mata.

Baca Juga: Mengamalkan Ratib dan Hizb Perlu Ijazahkah? Ini Penjelasan Habib Luthfi

Tidak beberapa lama, rupanya percakapan mereka telah usai. Syaikhona Kholil mendatangi santri-santrinya itu untuk meminta bantuan lagi.

"Siapakah di antara kalian yang mau membantu orang tua ini untuk kembali pulang?," tanya Syaikhona Kholil.

”Biar saya saja, Yai,” sahut santri yang menggendong orang tua tadi. Lalu santri muda itu dengan penuh rasa takzim menggendongnya keluar pondok pesantren dengan hati-hati sesuai perintah Syaikhona kholil.

Baca Juga: Dimulai dari Coba-coba Kini Busana Muslim Merek Aceh Florimia Tembus Pasar Internasional

Setelah santri dan tamu tua itu keluar dari kawasan pesantren, Syaikhona Kholil berkata kepada santri-santrinya yang lain.

“Santri-santriku, saksikanlah bahwa ilmuku telah dibawa santri itu,” katanya. Dan ternyata yang digendong oleh santri tersebut adalah Nabiyullah Khidir As yang bersilaturahmi kepada Syaikhona Kholil.

Dan santri yang menggendongnya adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari muda, yang kemudian mewarisi keilmuan Syaikhona Kholil Bangkalan.

Baca Juga: Perkuat Kabar Pengunduran Diri Habib Luthfi dari PBNU, Sekjen JATMAN Ungkap Soal Loyalitas ke NU

KH Abdul Hamid Pasuruan

KH Abdul Hamid Pasuruan dikenang sampai sekarang sebagai sosok wali Allah yang penuh karomah beliau dulu pernah nyantri di pesantren Tremas di bawah asuhan KH Dimyati.

Namun, kealiman beliau tertutup oleh karomah kewalian yang beliau miliki yang masyhur sampai sekarang dan salah satu latah beliau adalah bisa sering dan mudah bertemu dengan Nabi Khidir As.

Suatu ketika Mbah Kyai Hamid Pasuruan berkata bahwa Nabi Khidir akan datang di kediaman beliau besok pagi hingga waktu dzuhur, maka tersebar luaslah berita tersebut.

Baca Juga: Perkuat Kabar Pengunduran Diri Habib Luthfi dari PBNU, Sekjen JATMAN Ungkap Soal Loyalitas ke NU

Keesokan harinya orang-orang pada datang ke situ ingin bertemu Nabi Khidir, bahkan ada beberapa habib dan kyai dengan berpakaian jubah lengkap dengan surbannya juga hadir di situ ingin bertemu Nabi Khidir.

Ketika orang-orang telah banyak berkumpul di situ, bahkan ada yang mulai dari subuh, maka datanglah seorang pemuda dengan berpakaian nyentrik.

Orang-orang yang hadir di situ tidak memperdulikan pemuda tersebut, karena semua tamu yang hadir berpakaian ala Islami.

Baca Juga: Soal Viral Kabar Habib Luthfi Mundur dari PBNU, Begini Konfirmasinya dari Orang Dalam

Ketika bertemu Mbah Kyai Hamid, pemuda itu langsung bersalaman dengan Mbah Kyai Hamid dan ingin mencium tangannya.

Namun Mbah kyai Hamid langsung menolak untuk dicium tangannya dan justru Mbah Kyai Hamid ingin mencium tangan pemuda itu.

Tapi ditolak juga oleh pemuda itu, kejadian itu terjadi di depan seluruh yang hadir waktu itu. Kemudian pemuda itu berganti pakaian dengan pakaian yang sudah kotor yang dibawannya.

Baca Juga: Jawa Barat Jadi Incaran Investor, Ridwan Kamil Optimis Target Investasi Tahun 2022 Rp180 triliun Terwujud

Selanjutnya membersihkan selokan di sekitar kediaman Mbah Kyai Hamid sampai waktu duhur kemudian pergi.

Seusai sholat duhur, salah seorang yang hadir di situ memberanikan diri bertanya kepada Mbah Kyai Hamid kapan Nabi Khidir akan datang.

Dan Mbah Kyai Hamid menjawab bahwa orang yang membersihkan selokan tadi adalah Nabi Khidir As.

Tidak sedikit dari para tamu yang menantikan dapat bertamu dan bisa bersalaman dengan Nabi Khidir akhirnya menyesal dan menangis lantaran tidak mengenali kedatangan sang Nabi karena lebih melihat sosok dari pakaian yang dikenakannya.

Baca Juga: Menurut Gus Baha, 6 Kebaikan Ini Bisa Ditukar dengan Kunci Surga dan Neraka Otomatis Tertutup Baginya

Syaikhona KH Khalil Bangkalan

Suatu hari Syaikhuna Kholil (Bangkalan, Madura) sedang menemui tamu-tamunya di ruangan depan.

Mbah Kholil yang juga ulama besar dari salah satu guru dari KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) duduk dengan salahsatu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkrama dengan para tamu-tamunya di temani secangkir kopi yang ada di hadapan masing-masing.

Ketika sedang asyik mengobrol itu tiba-tiba seorang bertampang seperti “gembel” dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram.

Baca Juga: Rasulullah Isra Mi'raj dengan Jasad dan Ruh atau Ruhnya Saja? Ini Penjelasan Gus Baha

Apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa izin tiba-tiba si pengemis ini menyeruput kopi milik Mbah Kholil hingga tinggal ampasnya terlihat juga ingus yang keluar dari hidung pengemis tak diundang itu.

Marahkah mbah kholil? Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang yang sedang sholat, telapak tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.

Justru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera di cegah olah Mbah Kholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening, Mbah Kholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.

Selepas gelandangan itu pergi Mbah Kholil membuka suara. "Siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi?”

Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas diminum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah hidung.

“Baiklah, kalau begitu biar saya saja yang menghabiskan,” kata Syaikhona Kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin terheran-heran, belum habis rasa penasaran para tamu kemudian Mbah Kholil menyambung kata lagi.

"Taukah kalian siapa tamu tadi, dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang wali di Yaman dan Sudan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke sini untuk menemui sahabat-sahabatnya, para Wahyullah di tanah Jawa,” papar beliau.

Kontan saja kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekedar untuk “ngalab berkah” dari kesalehan Nabi Khidir As.

Dan itulah beberapa ulama Nusantara yang pernah di temui Nabi Khidir As dan sebenarnya bukan hanya 4 ulama itu yang pernah bertemu dengan Nabi Khidir As ada masih ulama-ulama ataupun kyai-kyai lain dari Nusantara yang bertemu dengan Nabi Khidir As. Wallahu a'lam. ***

Editor: Kalil Sadewo

Sumber: YouTube Tafakkur Fiddin

Tags

Terkini

Terpopuler