Merugi Hingga 11 Triiliun Dinilai Kinerja Ahok, Begini Penjelasan Dirut Keuangan PT Pertamina

- 11 September 2020, 15:15 WIB
Salah satu kilang minyak Indonesia milik Pertamina di Balongan.
Salah satu kilang minyak Indonesia milik Pertamina di Balongan. /ISTIMEWA/KARTIKA MAHAYADNYA

PR INDRAMAYU - Direktur Keuangan PT Pertamina, Emma Sri Martini menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian yang dialami Pertamina saat ini, salah satunya adalah karena turunnya jumlah penjualan BBM.

"Pandemi Covid-19 sangat signifikan sekali terhadap penurunan permintaan ini, menyebabkan pendapatan kita sangat terdampak. Kita lihat di kuartal II April ini adalah posisi terdalam," ucap Emma sebagaimana dikutip dari Antara

Turunnya permintaan BBM memberikan dampak pada inventarisasi atau bahan bakar yang tersimpan di kilang.

Baca Juga: Partai Sayap Kanan Denmark Ingin Bakar Al-quran, Swedia Berikan Respon

"Avtur kita stoknya bisa sampai 400 hari, solar juga, semua terdampak dan itu memakan menjadi inventory cost, sementara revenue tidak ada," ucap Emma.

Faktor lainnya adalah dampak dari selisih kurs dolar dan rupiah. Selisih dolar menjadi tekanan finansial karena sebagian besar pendapatan Pertamina adalah dalam rupiah (IDR), namun pembelian minyak mentah dalam dolar (USD).

Namun, penjelasan dari Pertamina dimentahkan oleh anggota DPR RI Komisi VII yakni Rofiq Hananto.

Baca Juga: Dikomentari Netizen Atas Sikapnya di Instagram Nella Kharisma, Inul: Sudah Kenyang, Bodo Amat..

"Kenapa masyarakat bereaksi keras kerugian Pertamina karena Bapak Komut (Ahok) sebut Pertamina untung walau tidur, penurunan minyak dunia, harga BBM tidak turun, rugi di sisi mana sih, libatkan saja BPK dalam penanganan utang Rp11 triliun," ucap Rofiq Hananto, anggota Komisi VII DPR RI.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan siap jika BPK dilibatkan untuk mendalami kerugian Pertamina. Hal ini bertujuan agar Pertamina dapat meningkatkan kualitas layanannya.

Dalam menghadapi semester II 2020, Pertamina akan melakukan sejumlah langkah strategis, di antaranya efisiensi capex dan opex sebesar 4,7 miliar dolar AS atau setara Rp70 triliun.

Baca Juga: September 2020, Dapatkan Harga Khusus Pasang Iklan di Instagram Pikiran Rakyat

Pertamina juga berupaya menjaga produksi minyak dan gas guna menekan impor dan melakukan negoisasi kontrak dengan mata uang asing untuk dibayar menggunakan rupiah.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono menyoroti kerugian hingga Rp11 triliun di semester I-2020 yang dialami PT Pertamina.

Karena itu, kerugian ini pun lantas dihubungkan publik dengan pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina.

Baca Juga: Akhirnya Sifat Asli Lesty Kejora Terbongkar, Ayu Ting Ting: Anak ini Sama Banget Sama AkuBaca Juga: Alhamdulillah, Indonesia Sudah Miliki 30 Juta Vaksin Covid-19

"Aneh juga para Komisaris dan Direksi Pertamina ya, tidak duduk santai mengawasi perusahaan yang enggak ada saingannya dan monopoli. Enggak nurunin harga BBM saat harga crude oil rendah akibat Covid, kok bisa rugi ya?" ucapnya kepada wartawan, Selasa (25/8/2020).

"Ini menunjukkan kualitas para komisaris dan direksi masih below standard dalam mengelola Pertamina," tambahnya.

Menurutnya, kalau Pertamina dibiarkan dikelola oleh manajemen yang tidak mempunyai kapasitas sebagai world class management, maka dipastikan Pertamina nanti akan memberatkan APBN dan mengajukan PMN ke pemerintah.

Baca Juga: Kunjungan Bali Menurun Hingga 99%, BIN Lakukan Pemulihn Ekonomi dengan Langkah Berikut

Sambungnya, ia menilai kerugian Pertamina bisa jadi akibat forward trading import crude oil dan BBM yang salah prediksi. Sehingga harga beli impor crude oil dan BBM impor harganya di atas harga yang menurun akibat Covid-19.

"Nah yang paling tepat sekarang Pak Joko Widodo jangan salahkan manajemen Pertamina, tapi salahkan yang melakukan penempatan mereka di Pertamina. Dan sebelum kerugian Pertamina bertumpuk, copot semua direksi dan komisaris Pertamina," tukasnya.

Kerugian Pertamina yang mencapai Rp11 triliun `mendapat sorotan di tengah harga minyak dunia yang relatif turun dan masuknya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) yang digadang-gadang dapat memperbaiki perusahaan.

Baca Juga: Api Lalap Gudang Penyimpanan Bantuan di Lebanon Hingga Muncul Dugaan Sabotase

Komis VII DPR RI pun melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati untuk membahas mengenai kerugian besar yang dialami Pertamina.***


Editor: Egi Septiadi

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x