Ogah Mancing di Air Keruh 'Polemik HRS', Gelora: Hindari Beri 'Siraman Bensin' Memanaskan Situasi

24 November 2020, 21:28 WIB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik /

PR INDRAMAYU - Dengan adanya polemik dalam kegiatan yang telah dilakukan oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, membuat Parpol Gelora ikut angkat bicara. 

Menurut partai yang memiliki nama panjang Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, dengan adanya polemik ini dapat menjadi salah satu pemanfaatan yang akan dilakukan oleh sebuah Parpol.

Menyikapi hal tersebut, partai Gelora meminta pihaknya tidak memanfaatkan polemik yang sedang menjadi perhatian publik saat ini, dengan memancing situasi di air keruh demi kepentingan suara partainya.

Baca Juga: Daftar UMK 2021 di 38 Kabupaten Jawa Timur, 5 Daerah Alami Kenaikan Rp100 Ribu, Daerahmu Termasuk?

Karena yang terjadi saat ini bukan memberikan solusi, malah dapat membuat situasi perpolitikan nasional semakin memanas ditengah upaya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19.

Seharusnya Parpol dapat mendorong upaya ishlah, bukan sebaliknya memberikan ‘siraman bensin’ yang akan makin memanaskan situasi.

“Partai Gelora berpandangan agar partai politik jangan memancing di air keruh, memanfaatkan situasi untuk kepentingan suara partainya, karena sudah ada parpol yang membujuk HRS masuk partai. Itu bukan solusi yang ditawarkan tapi malah siraman bensin yang akan makin memanaskan situasi,” kata Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia, dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari Gelora Indonesia.

Baca Juga: Begini Jawaban Erick Thohir Tanggapi Permintaan Vaksin Gratis untuk Warga, Seret Berbagai Bansos

Mahfuz Sidik mengatakan bahwa pembelahan masyarakat dan konflik politik sejak Pilpres 2014, Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019 seperti belum berakhir hingga saat ini dan ada kesan sengaja dipelihara oleh pihak tertentu.

Terbukti, situasinya menjadi semakin memanas setelah kepulangan HRS ke tanah air dan digelarnya berbagai kegiatan oleh Imam Besar FPI itu.

“Partai Gelora berpendapat situasi ini harus segera diakhiri karena akan merugikan kepentingan nasional. Semua pihak harus berpikir jernih dan berhati dingin. Indonesia sedang hadapi krisis kesehatan dan resesi ekonomi yang belum tahu akan berakhir kapan,” katanya.

Baca Juga: Optimistis MotoGP Mandalika 2021 Mendatang, Menpora: Kita Buktikan pada Dunia

Partai Gelora berpandangan perlunya perdamaian sesegera mungkin dilakukan untuk mengakhiri segala perbedaan dan pertengkaran yang terjadi selama ini, sehingga tidak ada lagi perpecahan di masyarakat.

“perdamaian adalah solusi terbaik. Apapun pangkal soalnya, ishlah adalah tuntunan agama untuk menyelesaikan perbedaan dan pertengkaran. Seringkali saat para pihak sudah duduk dan makan bareng, banyak salah paham dan salah info bisa diselesaikan dengan baik,” katanya.

Mahfuz sendiri yakin HRS mengingatkan yang terjadi di masyarakat selama ini diakhiri dan bersama-sama membangun bangsa, yakni dengan membentuk partai politik sendiri yang bercirikan amar ma’ruf nahi munkar untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Baca Juga: Selain Menderita DBD Surya Paloh Positif Covid-19, Jalani Perawatan di RSPAD Gatot Soebroto

“Jadi, jika situasi pembelahan dan konflik ini sudah berakhir, saya kira HRS memahami betul posisi dan kekuatannya. Jangan-jangan para pendukung HRS punya aspirasi kuat untuk membentuk partai sendiri dengan ciri khas amar ma’ruf nahi munkarnya,” ujar Mahfuz.

Sementara Partai Gelora, lanjut Mahfuz, adalah partai baru menawarkan gagasan tentang memajukan Indonesia sebagai salah satu kekuatan dunia.

Gagasan ini tentu perlu menjadi gagasan kolektif sebanyak mungkin elemen masyarakat Indonesia, khususnya ummat Islam sebagai penduduk mayoritas.

Baca Juga: Tak Penuhi Panggilan, Polisi Sebut Putri dan Mantu Rizieq Shihab Rugi Sendiri Hingga Singgung KUHP

“Nah salah satu fundamen dasar berjalan dan terwujudnya gagasan tersebut adalah kuatnya ikatan persatuan nasional; baik sisi keumatan maupun kebangsaan. Pembelahan dan konflik antar dua sisi tersebut justru akan menutup peluang kemajuan dan bahkan jadi ancaman eksistensi NKRI,” katanya

Karena sebagai parpol, Partai Gelora bukan saja memerlukan dukungan terhadap gagasan tersebut, melainkan juga Membutuhkan dukungan suara pada pemilu.

Namun, dukungan suara terhadap Partai Gelora lebih didasari pada penerimaan terhadap gagasan yang dapat memajukan Indonesia sebagai kekuatan dunia.

“Jadi bukan atas dasar afiliasi politik identitas ataupun politik primordial,” tegas Sekjen Partai Gelora Indonesia ini.***

 

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler