PR INDRAMAYU - Memasuki bulan safar pada perhitungan kalender Qomariyah (Hijriyah), bagi penduduk asli Kabupaten Indramayu, yang hingga kini masih kental terhadap Adat Istiadat nenek moyang masih sering melaksanakan syukuran.
Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com dari hasil riset, memasuki bulan Safar atau sebutan bulan Bala oleh penduduk setempat selalu syukuran dengan membuat kue Cimplo.
Di Indramayu, masyarakatnya biasa menyebut bulan Safar dengan sebutan bulan ‘Bala’. Dalam bahasa Arab ‘Bala’ berarti bencana atau wabah.
Baca Juga: DPR RI Setujui RUU Ciptaker Jadi UU dalam Rapat Paripurna, Supratman Andi: Terdiri Atas 15 Bab
Keberadaan kue Cimplo dipercayai sebagai implementasi untuk tolak bala, mengusir sial atau apes bagi warganya.
Bulan Safar atau Bala juga, bertepatan dengan musim tanam padi oleh mayoritas penduduk Indramayu, sehingga dengan hal tersebut menjadi rasa syukur kepada Tuhan.
Hampir seluruh masyarakat di Indramayu, setiap bulan Safar ini selalu kaum ibu-ibunya terutama di desa-desa berbondong-bondong membantu tetangga untuk ikut membuat kue Cimplo dan saling bergantian ketetangga yang lainnya.
Baca Juga: Bogor Siap Jadi Tempat Uji Coba Vaksin Covid-19 Baru, Bima Arya Penuhi Kesiapan Protokol Kesehatan
Pembuatan kue Cimplo ini biasanya sengaja dibuat dengan jumlah banyak tetapi bukan untuk dijual, namun sengaja dibuat untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada saudara, para tetangga, serta orang-orang yang dikenalnya.