Bupati Nina: Saya Menolak Impor Beras 1 Juta Ton karena Merugikan Petani Indramayu

25 Maret 2021, 11:15 WIB
Bupati Indramayu Nina Agustina menyatakan penolakannya terhadap wacana impor beras 1 juta ton karena dianggap merugikan petani Indramayu. /ANTARA Foto/Reno Esnir

PR INDRAMAYU – Bupati Indramayu, Nina Agustina Da’i Bachtiar, menyatakan penolakannya terhadap wacana impor beras 1 juta ton karena dianggap merugikan petani Indramayu.

Menurut Bupati Indramayu Nina Agustina, petani Indramayu akan terkena dampaknya dan bisa merugi akibat pemberlakuan impor beras 1 juta ton tersebut.

Terkait wacana impor beras 1 juta ton, apabila wacana itu diberlakukan, Bupati Indramayu Nina Agustina menyatakan itu akan merugikan petani Indramayu.

Baca Juga: Ini Dia! Pecatur Muda Usia 12 Tahun Satria Duta Yang Berhasil Mengalahkan Gotham Chess

Wacana impor beras 1 juta ton digulirkan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan RI beberapa waktu yang lalu.

Kebijakan itu dinilai ngawur dan merugikan petani setempat. Sebab jika beras impor masuk, harga beras di tingkat petani dipastikan anjlok, apalagi menjelang panen raya April 2021 mendatang.

Pernyataan itu disampaikan Bupati Indramayu Nina Agustina kepada awak media di pendopo setempat, Rabu 24 Maret 2021.

Baca Juga: 7 Hal Unik pada Kirab Obor Olimpiade Jepang Hari Ini, Tempuh Jarak 9.653 Kilometer

"Saya menolak impor beras, karena merugikan petani Indramayu," ujar Nina Agustina.

Didampingi Wakil Bupati, Lucky Hakim, dan Sekretaris Daerah, Rinto Waluyo, penolakan impor beras tersebut kata Nina adalah sebagai bentuk proteksi kepada petani.

Sebagaimana diberitakan PikiranRakyat-CirebonRaya.com dalam artikel berjudul “Kata Bupati Indramayu, Impor 1 Juta Ton Beras itu Dianggap Rencana Ngawur”, Nina menyatakan selama ini petani selalu merugi akibat anjloknya harga gabah ditambah naiknya harga pupuk.

Baca Juga: Tata Kelola Keuangan Desa di Indramayu Raih Peringkat 1 di Jabar, Begini Kata Kadis DPMD

Nina memaparkan, data hasil panen Kabupaten Indramayu mencapai 1,7 juta ton per tahun. Sementara, kebutuhan untuk konsumsi warganya hanya 250 ribu ton per tahun.

Adapun serapan Badan Usaha Logistik (Bulog) mencapai 35 ribu ton per tahun. Kondisi tersebut otomatis mengakibatkan surplus produksi setiap tahunnya.

"Produksi padi kita sudah surplus, nah kalo ditambah masuknya beras impor akan berdampak bagi petani. Kenapa tidak ditingkatkan pada pengadaan sehingga impor kita kurangi?" ujar Nina Agustina.

Baca Juga: Hoaks Atau Fakta: Beredar Kabar Surat Pemanggilan CPNS Kemendikbud, Simak Faktanya

Dalam perkembangan yang sama, sebanyak 5.600 ton stok beras impor tahun 2018 masih menumpuk di tujuh gudang Bulog Indramayu.

Saking lamanya, beras impor pun mengalami penurunan mutu dengan kondisi berdebu dan menguning.

"Yang namanya beras, kalau disimpan lama pasti mengalami turun mutu. Yang tahun 2018 sebagian besar sudah mengalami turun mutu," ujar Kepala Perusahaan Umum (Perum) Bulog Cabang Indramayu, Dadan Irawan.

Baca Juga: Rekap Hasil Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa: Portugal Menang, Belanda Kalah

Saat disinggung apakah beras impor tidak laku di pasaran, Dadan Irawan pun tidak memungkiri hal tersebut.

Kondisi stok beras ini pun menjadi kekhawatiran karena menyebarkan hama ke stok baru mengingat usianya yang sudah terlalu lama.

Dadan mengatakan total stok beras di Bulog Indramayu sekarang ada sebanyak 33.000 ton. Stok beras tersebut merupakan gabungan dari sisa stok di 2018 hingga pengadaan awal di 2021.***(Hendra Sumiarsa/PR Cirebon Raya)

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: PR Cirebon Raya

Tags

Terkini

Terpopuler