Gubernur juga mengatakan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik, banyak pelaku usaha properti yang berminat membangun bisnis dititik Transit Oriented Development (TOD), dan paling progresif yang banyak diminati investor adalah di Stasiun Halim, Jakarta.
Baca Juga: Bima Sakti Fokus Benahi Operan dan Transisi Pemain Timnas U-2 Selama TC di Jakarta
"TOD paling progesif di kawasan Halim Perdanakusuma. Di Halim sudah ada pengembang yang akan membangun rumah sakit, mal dan lain-lain. Kemudian TOD di Karawangan ada hotel dan perkantoran," ujarnya.
Dikatakan, di titik Walini, Kabupaten Bandung Barat akan dibangun stasiun bekerja sama dengan pihak ketiga.
Sementara itu di Stasiun Tegalluar Bandung sebagai stasiun akhir KCJB akan dibangun jembatan penyeberangan untuk kendaraan.
Baca Juga: Sempat Tertekan Jonatan Christie Balik Unggul Tekuk Perwakilan Thailand
"Ada opsi pihak ketiga menyumbangkan stasiunnya, sehingga dengan PTPN VIII bisa mengembangkan Kota Baru Walini," katanya.
Menurut Gubernur, hadirnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung bukan semata-mata sebagai alat transportasi. Jauh lebih penting adalah sebagai alat pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah jalur Jakarta-Bandung.
"Kereta cepat ini fungsinya dua. Pertama sebagai alat transportasi, dan kedua lebih penting adalah alat untuk pertumbuhan wilayah di jalur kereta cepat," jelasnya.
Sementara itu Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, semua kendala mengenai pembangunan terowongan sudah diselesaikan. Dari total 13 terowongan, saat ini sudah terbangun 12.