Banyak jasad yang menjadi korban longsor tersebut dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan, bahkan beberapa di antaranya ditemukan tanpa pakaian karena terhantam kekuatan gelombang. Beberapa di antaranya masih belum diidentifikasi.
Myanmar memasok 90 persen dari batu giok dunia. Sebagian besar hasil penambangan itu diekspor ke negara tetangganya, Tiongkok, yang berbatasan dengan Kachin.
Baca Juga: Naik Status Ekonomi, Jokowi Optimis Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi Meski Tak Mudah
Menurut dinas kebakaran Myanmar, tanah longsor dan kecelakaan lainnya kerap terjadi di tambang Hpakant karena tidak dikelola dengan begitu baik.
Pada 2015, tanah longsor di daerah itu pernah menewaskan 116 orang. Bahkan pada April 2020, setidaknya 54 penambang dihantam tanah longsor "danau lumpur" di daerah yang sama. Namun, tanah longsor pada Kamis adalah yang terburuk sepanjang sejarah Myanmar.
Pemimpin negara itu, Aung San Suu Kyi, menuding bencana terjadi karena persoalan pengangguran. Terlebih saat ini ditambah pandemi yang terus merebak, sehingga pekerja informal pun harus bekerja di tambang karena kurangnya lapangan pekerjaan lain.
Baca Juga: Hampir Menikah, Kabar Putus Pelantun 'Sakitnya Tuh Disini' Cita Citata Bikin Shock Keluarga
Pemerintah Myanmar telah mengumumkan pembentukan komite untuk menyelidiki bencana tersebut.
Namun, para aktivis mengatakan tidak banyak yang berubah di industri ini meskipun ada janji dari pemerintah Suu Kyi untuk mengurusnya ketika ia mengambil alih kekuasaan pada 2016.
Sementara itu, kelompok pembela hak asasi manusia Global Witness mengatakan, insiden tanah longsor yang terjadi itu adalah sebagai bentuk kegagalan pemerintah untuk mengatur praktik penambangan yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab.***