PR INDRAMAYU – Kekerasan dari pihak Israel terhadap warga Palestina kembali terjadi, kali ini diawali di masjid Al-Quds hingga membombardir Jalur Gaza.
Pihak Israel pun melakukan tindakan kekerasan yang brutal kepada warga Palestina yang sedang melakukan ibadah di Masjid Al-Quds, akibatnya banyak warga Palestina yang ditahan.
Lebih mengerikannya bahkan Tentara Israel memposting di Instagramnya, bahwa mereka seperti mengisyaratkan akan menjual para Tahanan Palestina tersebut.
Baca Juga: Prediksi Juventus vs Inter Milan di Serie A Liga Italia, Ketajaman Ronaldo dan Dybala Kembali Diuji
Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari dailydot, diperlihatkan dalam Instagram Storynya tentara Israel tersebut mengisyaratkan akan menjual para tahanan Palestina tersebut.
Seorang tersangka tentara Israel dituduh mengunggah video ke Instagram terkait hal tersebut.
Tentara Israel tersebut memperlihatkan dalam postingan Instagramnya, Ia mengejek sekelompok tahanan Palestina yang sedang diikat dan ditutup matanya.
Seorang Jurnalis Palestina yang berbasis di Kota New York, Hiba Yazbek membagikan rekaman tersebut ke Twitter pada hari Selasa 11 Mei 2021.
Hiza Yazbek pun ungkapkan bahwa salah satu tahanan yang muncul tersebut adalah anak-anak.
“Ini adalah seorang #Israeil soldier’s di story Instagramnya,” ini adalah anak-anak Palestina yang ditahan,” cuit Yazbek di akun Twitternya @Hibamyazbek
Hiza Yazbek pun ungkapkan kembali bahwa caption yang digunakan oleh tentara Israel itu bertuliskan untuk dijual.
“Caption dia dibaca: Dijual,” tulisnya di akun twitternya.
Anak-anak tersebut tampaknya dibius dan tentara Israel tersebut berkata seperti sedang menjual belikan anak tersebut.
“Anak-anak tampaknya dibius dan tentara itu berkata: “2 untuk 100, 3 untuk 75!!!!!!!!!!” pungkas cuitannya.
Cuit dari Hiza Yazbek ini pun viral di Twitter.
Masih belum jelas kapan dan dimana video tersebut direkam.
Tentara yang diduga mengunggah rekaman tersebut ke Instagramnya sejak saat ini membuat profilnya menjadi privacy.
Video tersebut pun memicu kemarahan yang meluas di sosial media dan tampaknya akan memicu situasi menjadi lebih tegang lagi di Timur Tengah.***