PR INDRAMAYU - Meskipun sama-sama menyerang saluran pernapasan, namun terdapat gejala yang berbeda antara penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan Covid-19.
"Tidak ada demam (pada PPOK), yang paling bahaya karena faktor usianya sama. Kalau Covid-19 semakin tua (usia penderita) maka angka mortalitasnya juga semakin tinggi, sedangkan PPOK biasanya pada usia di atas 50 tahun.
"Kalau dia kena Covid-19, angka kemungkinan dia meninggal juga tinggi," ujar dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta, Budhi Antariksa dalam webinar Kalbe, Rabu 18 November 2020.
Baca Juga: Sikapi Kasus Keramaian Imam Besar FPI Habib Rizieq, Wagub DKI Jakarta: Semoga Jadi Pelajaran
Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com melalui Antara, tak seperti PPOK, Covid-19 yang ditandai batuk, namun kebanyakan tidak berdahak, nyeri otot, dan gangguan penciuman.
Pada beberapa kasus, pasien juga mengalami diare, nyeri perut, dan infeksi saluran kemih.
Sedangkan gejala PPOK, kata Budhi, hanya terbatas pada daerah pernapasan serta jika sesak napas lalu tidak mengalami perubahan hebat, kemungkinan tidak disertai dengan Covid-19.
Baca Juga: Polda Jabar Selidiki Dugaan Pelanggaran Kegiatan Rizieq Shihab yang Berbuntut Pencopotan Kapolda
Agar diagnosis dapat dipastikan, dokter umumnya menyarankan rontgen, pemeriksaan laboratorium, menggunakan alat sporometri untuk memeriksa dahak, kuman maupun jamur, sampai analisa gas darah jika terjadi sesak yang hebat.