Benarkah Konsumsi Telur Bisa Mengakibatkan Diabetes? Berikut Penjelasan dari Dokter

- 15 November 2020, 21:20 WIB
Ilustrasi telur. /Pexels/Jenna Hamra/
Ilustrasi telur. /Pexels/Jenna Hamra/ /
PR INDRAMAYU - Telur merupakan makanan sarapan yang populer di seluruh dunia. Beragam masakan yang bisa diolah dengan telur seperti, telur orak-arik, goreng, rebus, dan lainnya.
 
Akan tetapi, manfaat kesehatan dari telur ini tak semuanya didapatkan, menurut University of South Australia penelitian terbaru pada telur menunjukkan bahwa mengonsumsi telur secara berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes.
 
Penelitian tersebut dilakukan dalam kemitraan antara Tiongkok Medical University dengan Qatar University, yakni studi longitudinal (1991 hingga 2009).
 
 
Pertama, konsumsi telur dinilai pada sampel dengan sejumlah besar orang dewasa di Tiongkok.
 
Hasil yang ditemukan, orang yang rutin mengonsumsi satu butir telur bahkan lebih perl harinya atau (setara dengan 50 gram) dapat meningkatkan diabetes mencapai 60 persen.
 
Saat ini, prevalensi diabetes di Tiongkok melebihi 11 persen yang di atas rata-rata global sebesar 8,5 persen diabetes.
 
 
Dikutip dari University of South Carolina, pada Minggu 15 November 2020, hal ini telah menjadi masalah serius terhadap kesehatan masyarakat.
 
Dampak ekonomi diabetes pun signifikan, terhitung sebesar 10 persen dari pengeluaran kesehatan global yakni USD $760 miliar. Di Tiongkok terkait biaya diabetes melebihi USD $109 miliar.
 
Ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat, Dr Ming Li dari UniSA, meningkatnya diabetes diakibatkan dari kekhawatiran yang berkembang, khususnya di Tiongkok, akibat perubahan pola makan tradisional Tiongkok sehingga berdampak terhadap kesehatan.
 
 
"Diet adalah faktor yang diketahui dan dapat dimodifikasi yang berkontribusi pada timbulnya diabetes tipe 2, jadi memahami berbagai faktor makanan yang mungkin memengaruhi peningkatan prevalensi penyakit itu penting," kata Dr Li.
 
"Selama beberapa dekade terakhir, Cina telah mengalami transisi nutrisi yang substansial yang membuat banyak orang beralih dari pola makan tradisional yang terdiri dari biji-bijian dan sayuran, ke pola makan yang lebih diproses yang mencakup lebih banyak daging, makanan ringan, dan makanan padat energi."
 
"Pada saat yang sama, konsumsi telur juga terus meningkat; dari tahun 1991 hingga 2009, jumlah orang yang makan telur di Cina hampir dua kali lipat.
 
 
"Sementara hubungan antara makan telur dan diabetes sering diperdebatkan, penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang dari telur dan risiko terkena diabetes, yang ditentukan oleh glukosa darah puasa."
 
"Apa yang kami temukan adalah bahwa konsumsi telur jangka panjang yang lebih tinggi (lebih dari 38 gram per hari) meningkatkan risiko diabetes di antara orang dewasa Cina sekitar 25 persen.
 
"Lebih lanjut, orang dewasa yang rutin makan banyak telur (lebih dari 50 gram, atau setara dengan satu telur, per hari) memiliki peningkatan risiko diabetes hingga 60 persen."
 
 
Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com melalui RRI, efeknya akan lebih dirasakan oleh wanita dibandingkan pria.
 
Hasil ini sementara menunjukkan, kata Dr Li, bahwa mengonsumsi telur berlebihan secara positif mengenai risiko diabetes pada orang dewasa di Tiongkok.
 
Hal tersebut diperlukan lebih banyak penelitian agar mengeksplorasi hubungan terkait sebab dan akibatnya.
 
 
"Untuk mengalahkan diabetes, diperlukan pendekatan multi-segi yang tidak hanya mencakup penelitian, tetapi juga seperangkat pedoman yang jelas untuk membantu menginformasikan dan membimbing publik. Studi ini adalah satu langkah menuju tujuan jangka panjang itu".***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x