PR INDRAMAYU – Berbagi kebahagiaan di media sosial bukan lagi hal yang aneh. Para orang tua terbiasa membagikan keceriaan buah hatinya dalam bentuk foto atau video disertai caption bernada kebanggaan.
Aktivitas tersebut tergolong dalam kecenderungan pola asuh untuk berbagi di media sosial tentang perkembangan anak.
Kecenderungan itu disebut sharenting. Kata tersebut merupakan gabungan dari oversharing dan parenting.
Baca Juga: Bersiaplah, Google Bakal Bayar Konten Berita Senilai RP14,8 T Selama Tiga Tahun, Ini Penjelasannya
Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation, terdapat risiko yang mengiringi aktivitas sharenting tersebut. Ironisnya hal tersebut belum disadari para orang tua.
Risiko sharenting diungkapkan oleh Rahmat Edi Irawan seorang dosen Ilmu Komunikasi, Binus University, dan Merry Fridha dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.
Baca Juga: Putra Amien Rais Terlibat Kecelakaan Mobil di Tol Cipali, Begini Kondisinya Sekarang
Sharenting: Antara Eksploitasi dan Komersialisasi Anak
Perilaku sharenting bisa dilakukan oleh orang tua dari berbagai kalangan, ironisnya para orang tua menganggap tidak ada yang salah dengan perilaku tersebut.