Khutbah Jumat 18 Jui 2021 Terbaru dari Kemenag, Kriteria Halal Wisata di Indonesia

- 17 Juni 2021, 21:00 WIB
Simak contoh khutbah Jumat  yang bisa dibawakan besok 18 Juni 2021, soal destinasi wisata halal di Indonesia.
Simak contoh khutbah Jumat yang bisa dibawakan besok 18 Juni 2021, soal destinasi wisata halal di Indonesia. /Pixabay/stratageme2015

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah

Kita bergembira karena saat ini mulai tumbuh gaya hidup halal (halal lifestyle) di kalangan anak muda di perkotaan. Ibu-ibu dan remaja perempuan juga mulai tertarik dengan produk-produk halal seperti kosmetik halal atau kuliner halal (halal food). Bagi perusahaan besar dan menengah ada kebutuhan yang makin besar untuk kompetisi menyediakan bahan halal atau produk halal. Produk-produk luar negeri yang masuk ke Indonesia juga amat menyadari soal halal karena “pasar” orang Indonesia yang mayoritas muslim membutuhkan kepastian halal.

Perkembangan ini tentu sangat baik. Dampak ikutan dari kecenderungan ini adalah peluang pengembangan ekosistem halal di Indonesia makin menjanjikan dan variatif. Penyediaan makanan-minuman di restoran, rumah makan, atau pusat kuliner Indonesia yang sangat kaya di semua daerah mulai berlomba-lomba menyajikan konsumsi halal. Tren busana muslim yang sudah menjamur di berbagai kota dan pusat perbelanjaan juga memajang busana halal (moslem-modest fashion). Di bidang pariwisata gencar dikampanyekan pariwisata halal (Islamic tourism atau moslem friendly tourism). Produk-produk syariah juga makin berkembang, seperti perbankan dan keuangan syariah, asuransi syariah, takaful, dan sebagainya. Haji dan umrah juga tak kalah menarik sebagai pemantik ekonomi syariah dan bisnis halal. Selain itu masih ada potensi zakat, sedekah hingga wakaf uang yang mendukung pengembangan ekonomi syariah dan bisnis halal di Indonesia.

Optimisme Indonesia menjadi global hub (destinasi utama) ekonomi syariah dan produk halal dunia memiliki alasan rasional. Pertama, Indonesia dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia membawa keuntungan tersendiri sebagai pangsa pasar halal yang sangat potensial. Jumlah penduduk beragama Islam mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk Indonesia. Atau 13,1% dari seluruh muslim di dunia. Permintaan akan produk dan jasa halal dipastikan akan meningkat. Artinya, dengan ‘keuntungan demografik’ ini Indonesia memiliki kesempatan dalam pengembangan Industri halal dunia. Bahkan hanya bermain pada local market saja, sebenarnya cukup bagi Indonesia untuk memenangkan persaingan industri halal.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Idul Adha, 3 Tips Memilih Hewan Kurban.

Alasan kedua, perkembangan ekonomi syariah sangat menjanjikan. Baik perbankan syariah, keuangan syariah, asuransi dan reksadana syariah, dan lain-lain. Market share perbankan syariah sudah di kisaran 5,7 persen, meski masih kalah jauh dari market share perbankan konvensional yang berada di 94,3 persen. Pertumbuhan perbankan syariah mencapai 14,6 persen secara tahun ke tahun. Sektor syariah lainnya juga berada pada dinamika yang positif dan menguntungkan.

Ketiga, ekosistem halal di Indonesia saat ini makin baik dan variatif. Di sektor barang ada makanan-minuman halal, pakaian muslim, pariwisata halal, pendidikan Islam, haji dan umrah, zakat, sedekah hingga wakaf (islamic philanthropy). Sektor jasa tersedia penyembelihan halal, logistik dan pergudangan, pelabuhan, transportasi dan distribusi, pengemasan, penjualan sampai penyajian produk halal di pasar tradisional, ritel, maupun pasar modern dan digital market (e-commerce). Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Halal food punya potensi Rp2.300 triliun, busana muslim potensinya hingga Rp190 triliun. Sementara pariwisata halal kisaran Rp135 triliun, haji dan umrah sebesar Rp120 triliun, dan pendidikan memiliki potensi Rp40 triliun.

Dalam ekosistem ini, produk halal meliputi pasar yang luas. Menyentuh hampir semua lahan bisnis yang ada mulai dari bahan baku (raw material), produk dan layanan kesehatan, kosmetik dan perawatan pribadi, properti, hotel, travel, media, pendidikan, dan jasa keuangan syariah. Memperkuat ekosistem ini, Indonesia telah menetapkan 10 sektor yang secara ekonomi dan bisnis berkontribusi besar dalam industri halal yakni industri makanan, wisata dan perjalanan, pakaian dan fesyen, kosmetik, keuangan syariah, farmasi, media dan rekreasional, kebugaran, pendidikan, dan seni budaya.

Keempat, saat ini Indonesia sudah jadi pemain besar sebagai pengekspor produk halal ke negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) dengan nilai 8,7 miliar dolar AS meski masih didominasi bahan mentah. Indonesia diakui oleh negara-negara OKI sebagai pemilik potensi yang besar dalam pengembangan industri halal. Ibaratnya, jika selesai masalah halal di Indonesia, selesai pula masalah dunia. Karena itu, selain mengadakan kerjasama bisnis, para pengusaha Indonesia harus taat regulasi halal karena itu menjadi pintu masuk agar diterima oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah yang sangat memperhatikan sertifikasi halal. Karena itulah, dalam berbagai event Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH, Ma’ruf Amin menyatakan keinginannya agar Indonesia menjadi produsen halal terbesar di dunia.

Baca Juga: Sinopsis Ali dan Ratu-Ratu Queens: Dibintangi Iqbaal Ramadhan, Remaja yang Nekat ke New York Mencari Ibunya

Halaman:

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x