Soal Kiat Cegah Obesitas, Ahli Gizi: Salah Satunya Batasi Asupan Gula, Garam, dan Lemak

- 13 Maret 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi obesitas. Ahli Gizi Yusra Egayanti menyatakan salah satu cara mencegah obesitas adalah membatasi asupan gula, garam, dan lemak.
Ilustrasi obesitas. Ahli Gizi Yusra Egayanti menyatakan salah satu cara mencegah obesitas adalah membatasi asupan gula, garam, dan lemak. /Pixabay/Joenomias

PR INDRAMAYU – Ahli gizi yang menjadi Koordinator Kelompok Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP, menyatakan perlunya membatasi asupan gula, garam, dan lemak sebagai kiat mencegah obesitas.

Menurut ahli gizi Yusra Egayanti, kita perlu membatasi asupan gula, garam, dan lemak sebagai bagian dari menerapkan pola gizi seimbang untuk mencegah obesitas.

Menerapkan pola gizi seimbang yakni membatasi asupan gula, garam, dan lemak, menurut ahli gizi Yusra Egayanti hal itu bisa turut mencegah terjadinya obesitas.

Baca Juga: Mengenal Sesar Baribis yang Melintasi Indramayu, Ternyata Diyakini Masih Aktif hingga Kini

Sementara itu menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Dhian Dipo MA, terdapat beban ganda masalah gizi yang dialami Indonesia.

Masalah tersebut adalah stunting pada anak dan permasalahan gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa, baik pria maupun wanita dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita.

"Terkait penanggulangan obesitas, seperti edukasi bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa berat badan normal atau ideal itu penting untuk meningkatkan imunitas," ujar Dhian dalam keterangan, Selasa 9 Maret 2021.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Impor 1 Juta Ton Beras, Fadli Zon: Jangan Alergi Mendengar Masukan Petani

Saat workshop secara virtual bertajuk "Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas" bersama Nutrifood, Dhian  menyebutkan, adanya pandemi Covid-19 saat ini bisa dijadikan sebagai momentum untuk kembali memperbaiki pola hidup lebih sehat.

Kendati lebih banyak di rumah, namun dapat membuat lebih mudah mengatur asupan bagi tubuh. Dikatakan Dhian, pola makan yang kurang baik menjadi faktor utama kontribusi penyakit, termasuk obesitas.

Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel berjudul “Cegah Obesitas, Saatnya Cermat Baca Kandungan Gula, Garam, Lemak dalam Kemasan”, masyarakat Indonesia mengonsumsi gula, garam, lemak yang semakin meningkat.

Baca Juga: WASPADA! Sebarkan Hoaks Covid-19 di Malaysia Akan Didenda Rp350 Juta, Berikut Penjelasannya

"Makanan siap saji, olahan dengan garam gula minyak yang tinggi. Karena itu, penting membaca label lebih pintar supaya lebih menjaga imunitas," katanya.

Prinsipnya, perlu kembali kepada gizi seimbang. Konsumsi buah dan sayur, selain karbohidrat dan protein secukupnya.

Masyarakat bisa mengikuti pedoman yang sudah disediakan pemerintah, baik melalui website, media sosial maupun sarana edukasi lainnya.

Baca Juga: Jadwal Bola TV dan Link Streaming Malam Ini 13-14 Maret 2021: Leeds vs Chelsea, Madrid vs Elche

Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen pada 2013 menjadi 13,6 persen pada 2018.

Cara mencegah obesitas

Yusra Egayanti menjelaskan, kelebihan berat badan dan obesitas dapat dicegah dengan pengaturan pola makan dengan prinsip gizi seimbang.

"Salah satunya dengan membatasi asupan gula, garam, lemak yang dikonsumsi. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan untuk lebih cermat dalam membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi," paparnya.

Baca Juga: Jelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943, Polresta Denpasar Bali Batasi Pengunjung Wisata

Sementara, Yusra, Head of Marketing Nutrifood, Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng. mengatakan, masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

“Sejalan dengan misi kami ‘Inspiring a Nutritious Life’, Nutrifood secara kontinyu berupaya mengedukasi dan menginspirasi masyarakat selalu mengimplementasikan gaya hidup sehat setiap saat, termasuk di masa pandemi berkolaborasi dengan banyak pihak." katanya.

Yusra menambahkan, pihaknya mengedukasi melalui program edukasi Cermati Konsumsi Gula Garam Lemak dan Baca Label Kemasan yang telah diselenggarakan secara konsisten sejak tahun 2013.

Baca Juga: Lowongan Kerja Google 2021: Video Media Specialist Google Penempatan Jakarta, Simak Syaratnya

"Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai anjuran Kementerian Kesehatan berperan penting sebagai pencegahan risiko prediabetes dan diabetes, terutama bagi orang dengan obesitas. Selain itu, perlu didukung juga menjaga pola makan sehat,  rutin berolahraga, istirahat yang cukup dan deteksi dini,” ucapnya.

Sementara itu,  Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, mengatakan, orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes. Penelitian di beberapa negara ada sekitar 47 persen sampai dengan 90 persen penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

"Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl. Umumnya kelompok berisiko prediabetes adalah orang dengan obesitas/kegemukan, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, serta keluarga memiliki riwayat diabetes," jelasnya.

Baca Juga: Viral Video Diduga Ritual Aliran Sesat, Kapolres Pandeglang Banten: Pelaku Sudah Kami Amankan

"Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25 persen prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25 persen kembali pada kondisi glukosa darah normal," ujarnya.

Menurut Prof. Mardi, mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2.***(Satrio Widianto/Pikiran Rakyat)

Editor: Irwan Suherman

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah