RISET: Satu dari Tiga Anak Indonesia di Bawah 5 Tahun Alami Anemia, Simak Pencegahannya

- 21 Februari 2021, 08:53 WIB
Ilustrasi anak-anak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mengungkap satu dari tiga anak Indonesia alami anemia, cara mencegahnya adalah memenuhi asupan gizi.
Ilustrasi anak-anak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mengungkap satu dari tiga anak Indonesia alami anemia, cara mencegahnya adalah memenuhi asupan gizi. /Pixabay/Bessi

PR INDRAMAYU – Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun mengalami anemia, salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi.

Kekurangan gizi ditengarai menjadi penyebab satu dari anak Indonesia berumur di bawah 5 tahun menderita anemia berdasarkan Riskesdas 2018.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 silam, kekurangan gizi bisa menjadi penyebab satu dari anak Indonesia di bawah 5 tahun menderita anemia.

Baca Juga: Konsumsi Telur Setiap Hari dapat Tingkatkan Risiko Terkena Diabetes hingga 60 Persen

Tak heran Dokter Spesialis Gizi Klinis, Luciana B. Sutanto, mengungkap pentingya memperhatikan gizi anak karena bisa menyebabkan anemia.

Menurut Luciana dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu, salah satu gizi yang perlu diperhatikan dalam nutrisi anak adalah zat besi.

“Kekurangan zat besi pada anak berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak,” tutur Luciana.

“Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya bisa jadi permanen," ujarnya melanjutkan sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari situs Antara.

Baca Juga: Berkunjung ke Korea Selatan? Jangan Lupa Mampir ke Tempat Instagram-able Ini

Sementara itu menurut Indonesian Nutrition Association (INA), anemia bisa dicegah dengan memberikan makanan yang  kaya zat besi.

Contoh makanan kaya zat besi adalah daging merah, ikan, ayam, bayam, hati, susu, dan yang mengandung vitamin C untuk mendukung penyerapan zat besi.

Sedangkan idealnya isi piring makan anak adalah 35 persen makanan pokok (nasi, kentang, singkong, jagung), 35 persen lauk pauk (daging sapi, telur, ayam, tempu, tahu, ikan), dan sisanya adalah sayur dan buah.

Baca Juga: Ingin Hamil Anak Kembar? Terdapat 9 Faktor yang Berpengaruh, Temukan Jawabannya Disini

Balita rentan mengalami anemia akibat kekurangan zat besi yang bisa menyebabkan terhambatnya perkembangan otak, meningkatnya risiko diare, dan terganggunya pola tidur serta perkembangan motorik.

Mereka yang kekurangan zat besi sering kali merasa lelah, lemah, terlihat pucat, mudah memar, tangan atau kaki dingin, serta dalam beberapa kasus memiliki kuku yang rapuh.

Ada pula anak yang tidak bertambah gemuk, sering sakit, dan terlihat lelah akibat kekurangan zat besi tersebut.

Baca Juga: CEK FAKTA: Buah Jambu Kristal Optimal Tangkal Covid-19, Simak Penjelasan Ahli!

Akibat asupan zat besi yang tidak mencukupi, pembentukan sel darah merah baru pada penderitanya akan terhambat.

Dampak jangka panjangnya adalah menurunnya imunitas, kemampuan kognitif, performa edukasi, kapasitas kerja, dan membatasi aktivitas anak.

Idealnya kebutuhan zat besi anak adalah berdasarkan usia. Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan 0,27 miligram (mg), bayi usia 7-12 bulan membutuhkan 11 mg.

Sedangkan anak usia 1-3 tahun membutuhkan 7 mg, usia 4-8 tahun membutuhkan 10 mg, dan usia 9-13 tahun membutuhkan 8 mg per hari.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah