Ketua Satgas Covid-19 IDI: Penderita Obesitas 48 Persen Lebih Berisiko saat Terkena Covid-19

8 Maret 2021, 11:18 WIB
Ilustrasi obesitas. Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban menyatakan penderita obesitas terjangkit Covid-19 berisiko 48 persen lebih tinggi. /Pixabay/Menno de Jong

PR INDRAMAYU – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp. PD-KHOM, menyatakan penderita obesitas (kelebihan berat badan) 48 persen lebih berisiko saat terkena Covid-19.

Menurut Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban, risiko kematian akibat Covid-19 pada penderita obesitas adalah 48 persen lebih tinggi daripada yang tidak.

Pernyataan tentang penderita obesitas yang memiliki risiko 48 persen lebih tinggi saat terkena Covid-19 disampaikan Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban melalui akun Twitternya, @ProfesorZubairi.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Wakil Presiden Google: Saat Perempuan Sukses, Kita Akan Sukses

“Ada korelasi langsung antara obesitas dan risiko kematian Covid-19,” tulis Profesor Zubairi dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari akun Twitter @ProfesorZubairi.

“Dari data, orang dengan obesitas itu 74 persen lebih berisiko memerlukan penanganan ICU,” tulisnya melanjutkan.

Menurut Profesor Zubairi Djoerban, angka kematian pasien obesitas yang terjangkit Covid-19 juga lebih tinggi 48 persen daripada yang non-obesitas.

Baca Juga: Rekrutmen CPNS 2021, BKN Beberkan Waktu Pelaksanaan Pendaftaran, PPPK Dimulai April 2021

“Sederhananya, seseorang dikatakan obesitas itu jika IMT (Indeks Massa Tubuh) nya sama dengan atau di atas 30,” tulis Profesor Zubairi.

Terlebih apabila IMT orang tersebut mencapai 40, hendaknya kita tidak meremehkan keadaan tersebut.

Kondisi kelebihan berat badan ditengarai bisa mendatangkan banyak hal seperti terganggungnya sistem kekebalan tubuh, tidak idealnya sistem imun, dan sebagainya.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Ini Biografi Marie Curie Perempuan Pertama Peraih Hadiah Nobel

“Itu semua yang menyebabkan kondisi orang dengan obesitas lebih berat dan lebih mudah meninggal jika terinfeksi Covid-19,” tulis Profesor Zubairi Djoerban.

Penderita obesitas juga rentan terkena berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi, sindrom metabolik, paru, dan masih banyak lagi.

“Sehingga mereka akan semakin gawat jika terinfeksi virus corona,” tulis Profesor Zubairi.

Baca Juga: Bansos Maret 2021 akan Dicairkan Kemensos, Berikut Syaratnya

Menurut Profesor Zubairi Djoerban, penelitian pada tikus obesitas menunjukkan tikus itu kehilangan fungsi limfosit T dan kemampuan dalam melawan penyakit.

Penelitian pada manusia terjadi saat pelaksanaan vaksinasi influenza di Amerika Serikat. Mereka yang obesitas masih mungkin terjangkit influenza dua kali lebih sering daripada non obesitas.

Mereka yang menderita obesitas cenderung malu karena mendapat stigma dari masyarakat di sekitarnya.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Google Doodle Tampilkan Perempuan Pertama Penakluk Gunung Everest

“Mereka merasa mendapat stigma dari masyarakat sehingga jarang kontrol ke dokter karena nasihatnya akan selalu sama: turunkan berat badan kamu. Tentunya ini beban mental untuk mereka yang obes,” tulis Profesor Zubairi Djoerban.

Menurut Profesor Zubairi, orang yang obesitas tetap perlu ke dokter baik sendirian maupun ditemani sahabat atau anggota keluarga.

Apabila komunikasinya dengan dokter telah nyaman, diharapkan program penurunan berat badan bisa terlaksana dengan baik.***

Editor: Asytari Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler