Kenapa Ada 7 Hari dalam Seminggu? Simak Penjelasannya

24 November 2020, 11:46 WIB
Ilustrasi kalender. /PIXABAY/tigerlily713

PR INDRAMAYU – Tentu sebagian dari kita pernah tergelitik dengan pertanyaan “mengapa ada 7 hari dalam seminggu?”.

Perhitungan waktu didasarkan pada pergerakan planet, bulan, dan bintang. Untuk menghitung 1 hari penuh, kita berpatokan pada putaran Bumi pada porosnya.

Waktu yang kita sebut 1 tahun adalah yang dibutuhkan Bumi (365 ¼ hari) untuk mengelilingi Matahari. Untuk melengkapinya, kita menambahkan 1 hari di bulan Februari dan menjadi tahun kabisat.

Baca Juga: Kiat Mudah Tampil Modis saat WFH, Erika: Atasan Bisa Dimainin Banget

Terlepas dari perhitungan tersebut, jawabannya atas pertanyaan “mengapa ada 7 hari dalam seminggu?” adalah bahwa penanggalan kita bersumber dari Bangsa Babilonia. Wilayah tempat tinggal mereka kini lebih dikenal dengan negara Irak.

“Alasan mereka mengadopsi angka tujuh adalah karena mereka mengamati tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Jadi, angka itu memiliki arti khusus bagi mereka.

“Orang Babilonia membagi bulan berdasarkan pergerakan Bulan menjadi tujuh hari dalam seminggu; hari terakhir pada tiap pekan memiliki signifikansi keagamaan tertentu,” ujar Kristin Heineman dari Colorado State University.

Baca Juga: Kebijakan Sekolah Tatap Muka Desember, Anies Baswedan: Prinsip Kita Adalah Keselamatan Bagi Anak

Jumlah hari berbeda dimiliki bangsa Mesir dan Romawi. Mesir memiliki 10 hari dalam sepekan, sedangkan Romawi mempunyai 8 hari.

Budaya Babilonia (dengan 7 harinya) begitu dominan di kawasan Timur Dekat utamanya pada abad ke-6 dan 7 sebelum masehi.

Timur Dekat adalah apa yang kita sebut Jalur Gaza, Palestina, Suriah, Lebanon, Tepi Barat Yordania, Mesopotamia (Irak dan Suriah Timur), Iran, dan Anatolia (Turki).

Baca Juga: Simak Horoskopmu, Selasa 24 November 2020: Capricorn, Jangan Ragu Ungkap Perasaanmu Ya!

Kebudayaan 7 hari dalam sepekan itu kemudian diadopsi bangsa Yahudi yang menjadi tawanan Babilonia pada puncak peradaban bangsa tersebut.

“Budaya-budaya lain di daerah sekitarnya mengikuti gagasan tujuh hari dalam seminggu, termasuk kekaisaran Persia dan Yunani,” tutur Kristin Heineman dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation.

Alexander Agung berabad-abad setelahnya menyebarkan budaya itu ke Timur Dekat hingga India. Diduga oleh para ilmuwan bahwa India pun memperkenalkannya di daerah Tiongkok.

Baca Juga: Gunakan Narkoba Sejak dari Bali, Millen Cyrus Mengaku Salah

Orang-orang Romawi pun mengadopsi budaya tersebut setelah berhasil menaklukkan wilayah yang mendapat pengaruh oleh Alexander Agung tersebut.

“Kaisar Konstantinus menetapkan bahwa tujuh hari dalam seminggu adalah minggu resmi Romawi dan menjadikan hari minggu sebagai hari libur umum pada 321 Masehi,” kata Kristin Heineman.

Terkait “akhir pekan”, ide itu baru lahir pada zaman modern di abad ke-20.

Baca Juga: Kabar Baik! Imam Masjid Besar di Garut akan Dapatkan Insentif, Begini Penjelasannya

Meskipun terdapat upaya untuk mengganti konsep “7 Hari dalam Seminggu”, namun konsep tersebut sudah terlanjur menjadi kebiasaan.

Tampaknya konsep itu akan tetap bertahan dalam waktu lama.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler