Pandemi Covid-19 Memburuk, Rupiah Ditutup Melemah pada Kamis Sore 19 November 2020

19 November 2020, 18:49 WIB
ILUSTRASI: Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS. /ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/am./

 

PR INDRAMAYU – Memburuknya pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) dan Eropa ditengarai menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar (kurs) rupiah pada Kamis sore, 19 November 2020.

Hal ini diungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, di Jakarta, pada Kamis. Seiring turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia turut berkontribusi dalam melemahnya rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta.

Rupiah melemah 0,6 persen atau 85 poin. Angkanya kini adalah Rp14.155 per dolar AS. Sebagai perbandingan, pada hari sebelumnya Rabu 18 November 2020, angkanya mencapai Rp14.070 per dolar AS.

Baca Juga: Aa Gym Trending Topik di Twitter, Dianggap Tampar Keras Narasumber Indonesia Lawyers Club

Pada Kamis pagi, rupiah melemah pada posisi Rp14.080 per dolar AS. Angkanya bergerak sekira Rp14.080 sampai Rp14.181 per dolar AS di sepanjang hari.

Kurs Bank Indonesia menunjukkan melemahnya rupiah dari Rp14.118 per dolar AS di hari sebelumnya menjadi Rp14.167.

"Dari eksternal, pelemahan rupiah dipicu pandemi COVID-19 yang memburuk dengan cepat, terutama di wilayah kekuatan ekonomi AS dan Eropa," ujar Ibrahim Assuaibi dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari ANTARA.

Baca Juga: Peringatan Hari Toilet, Data Mengungkap 7,61 Persen Rumah Tangga Masih Buang Air Besar Sembarangan

Kini Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 56 juta kasus. Seperlima di antaranya disumbang negeri Paman Sam Amerika Serikat. Data ini diungkap Universitas Johns Hopkins.

Peningkatan kasus terjadi di benua Eropa. Akibatnya dari peningkatan itu adalah pembatasan skala besar pada sejumlah aktivitas publik. Kegiatan perekonomian pun menjadi sangat lemah.

Lockdown diberlakukan di Australia Selatan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Pada hari sebelumnya, terdapat sejumlah tenaga kerja yang terkonfirmasi positif corona.

Baca Juga: Ucap Syukur! Bansos Beras Tahap 3 Kabupaten Bogor Mulai Didistribusikan, Singgung Penyaluran Akhir

Di saat yang sama, Inggris dan Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan perdagangan. Pembicaraan lebih lanjut terkait banyak hal tampaknya masih akan menemui jalan buntu.

Aktivitas investor dipengaruhi data klaim pengangguran AS yang akan segera dipublikasi hari ini. Diharapkan hal itu akan menentukan langkah bank sentral AS, The Federal Reserve, untuk selanjutnya.

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, akan hadir pada sidang Komite Parlemen Eropa di Frankfurt, Jerman, pada hari ini.

Baca Juga: Masih Ingat Filosofi Kopi? Simak Bocoran Film Ketiganya yang Berjudul ‘Ben dan Jody’

"Dari internal, di luar dugaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4 persen menjadi 3,75 persen pada November 2020," tutur Ibrahim.

Suku bunga deposit facility diturunkan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 bps menjadi 3 persen. Penurunan juga dilakukan terhadap suku bunga lending facility menjadi 4,5 persen sebesar 25 bps.

Baca Juga: Update Corona Dunia Hari Ini, Kamis 19 November 2020: Nyaris 40 Juta Orang Sembuh dari Covid-19!

Pertimbangan akan keputusan itu berkenaan dengan stabilitas eksternal, prakiraan inflasi yang tetap rendah, serta sebagai langkah lanjutan terkait usaha percepatan pemulihan ekonomi nasional.

BI tetap mendukung penyediaan likuiditas serta percepatan realisasi APBN Tahun 2020.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler