Mitos atau Fakta: Nyeri Haid Bakal Reda Bahkan Menghilang Setelah Melahirkan, Simak Faktanya

- 26 November 2020, 14:10 WIB
Ilustrasi nyeri haid: Dokter beberkan alasan mengapa nyeri haid dapat reda setelah menikah.
Ilustrasi nyeri haid: Dokter beberkan alasan mengapa nyeri haid dapat reda setelah menikah. /PIXABAY/Cdd20

PR INDRAMAYU – Menurut sebagian orang, nyeri luar biasa akibat haid akan hilang atau paling tidak berkurang selepas melahirkan.

Anggapan itu dibenarkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Kartika Cory, saat menghadiri #HaloTalks Vol. 4, pada Rabu 25 November 2020.

"Nyeri haid salah satunya bisa karena endometriosis. Ada orang yang merasakan nyeri haid lalu setelah menikah, ada risiko sulit hamil.

Baca Juga: Cek Fakta: Mahathir Mohamad Sebut Pendidikan Indonesia Terlalu Banyak Belajar Agama, Ini Faktanya

“Jika hamil, endometriosis yang mengganggu sudah diserap tubuh sehingga muncul anggapan setelah menikah dan hamil maka nyeri perut akan hilang. Sebenarnya, benar juga pernyataannya," tutur Kartika Cory.

Dilansir Heathline, terjadinya endometriosis adalah saat tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim. Contohnya adalah di usus atau ovarium yang menyebabkan perlengketan.

Jaringan ini diketahui akan tumbuh, menebal, lalu rusak. Jaringan rusak itu terjebak di panggul serta tidak bisa keluar. Hasilnya adalah muncul nyeri di panggul dan bisa meningkat seiring berjalannya waktu.

Baca Juga: Tertarik Jadi Ilustrator Buku Cerita Anak? Simak Tips dan Trik dari Ilustrator Indonesia Berikut Ini

Gejala lain endometriosis ialah terjadinya kram baik sebelum maupun berlanjut hingga beberapa hari sampai periode menstruasi.

Pendarahan berlebihan di kala menstruasi dan sakit saat berhubungan intim juga merupakan gejala endometriosis.

Gangguan ini dialami paling tidak oleh 1 dari 10 perempuan. Gangguan lainnya adalah tidak normalnya siklus haid serta volume darah yang keluar.

Baca Juga: Film 'Sobat Ambyar' Persembahan Didi Kempot Bakal Segera Hadir di Netflix, Simak Penjelasannya

Siklus haid yang normal menurut Kartika adalah berlangsung setiap 21 hingga 24 hari. Durasinya adalah 3-7 hari.

Adapun banyaknya darah yang keluar sekira 40-60 ml. Jumlah darah itu akan membuat perempuan berganti pembalut sebanyak 3-4 kali.

Perempuan dianjurkan untuk mencatat siklus haidnya untuk memastikan siklus haidnya normal atau tidak.

Baca Juga: Akhirnya Buka Suara Soal Millen Cyrus, Ashanty: Kita Diam Bukan Berarti Kita Nggak Membantu

Pencatatan itu meliputi hari pertama dan akhir menstruasi di setiap bulan, dan jumlah pembalut yang digunakan per hari.

"Kalau sudah tahu siklus (dengan pencatatan siklus), Anda bisa tahu kapan mengalami Premenstrual Syndrome (PMS), bisa menghindari gejala berat," ujar Kartika dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari situs ANTARA.

Pencatatan siklus haid bisa membantu dalam mengidentifikasi usia kehamilan serta memantau masa subur (untuk program KB).

Baca Juga: Bebi Romeo Sebut ‘Mantap Suaranya’, Begini Momen Ustaz Abdul Somad Nyanyikan Lagu Afgan

Pencatatan itu juga berguna dalam perencanaan aktivitas bagi yang memiliki implikasi sakit serius kala mengalami menstruasi.

Kita bisa memanfaatkan kalender menstruasi dari Halodoc. Felicia Kawilarang yang merupakan VP Marketing Halodoc menyatakan bahwa kalender itu telah dipakai puluhan ribu orang. 

Tingkat akurasi berkenaan dengan prediksi tanggal menstruasi di bulan selanjutnya mencapai 85 persen.

Baca Juga: JADWAL BOLA TV Liga Champions Kamis 26 November 2020: Liverpool, Madrid, Man City, Inter Milan

"Sekitar 50 persen pengguna memanfaatkannya untuk tujuan untuk program kehamilan. (Ke depannya) pada fase dua akan dikembangkan fitur untuk tracking kondisi mood dan data lain," ujarnya.

Penyebab lain nyeri haid adalah adanya pelebaran pembuluh darah (varises) di perut bagian bawah. Varises itu mengarah ke sindrom kongesti panggul (PCS).

Hal ini diungkap Sriram Narayanan, ahli bedah vaskular dan endovaskular di The Harley Street Heart and Vascular Center di Gleneagles Hospital Singapura.

Untuk mendeteksinya, terkadang gejala tersebut dipahami secara keliru sebagai sembelit, diare, atau kista ovarium dengan kadar nyeri bervariasi.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x