Cek Fakta: Mahathir Mohamad Sebut Pendidikan Indonesia Terlalu Banyak Belajar Agama, Ini Faktanya

24 November 2020, 12:35 WIB
Perdana Menteri Interim Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad. /Agus Setiawan/ANTARA

PR INDRAMAYU – Beredar unggahan di media sosial Facebook tentang pernyataan politikus asal Malaysia, Mahathir Mohamad.

Disebutkan di dalam narasi di unggahan itu bahwa Mahathir menuturkan sekolah di Indonesia terlalu banyak mempelajari agama.

"...Pelan-pelan anak-anak sekolah negeri di Indonesia akan tertinggal dalam penguasaan sains. umurnya habis untuk menghafal ayat-ayat dan doa, belajar soal haram, dosa, bidadari, menghitung pahala, mencari dalil, memikirkan, akerat. Setelah kalah bersaing lalu memusuhi pemerintah dan mendirikan negara syariah sebagai solusi semuanya... (Mahathir Mohammad)".

Baca Juga: Kenapa Ada 7 Hari dalam Seminggu? Simak Penjelasannya

Tangkapan layar unggahan hoaks tentang Mahathir Mohamaad yang mengatakan pendidikan di Indonesia terlalu banyak pelajaran agama. Antara

Demikian kutipan narasi yang menyertai konten berbentuk foto tersebut. Benarkah pernyataan di atas?

Dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari Anti Hoax ANTARA, informasi di atas adalah hoaks. Kategorinya adalah disinformasi.

Berdasarkan penelusuran, tidak ada pernyataan Mahathir Mohammad terkait pelajaran agama dan pendidikan di Indonesia sebagaimana apa yang diungkap dalam unggahan tersebut.

Baca Juga: Kiat Mudah Tampil Modis saat WFH, Erika: Atasan Bisa Dimainin Banget

Terkait agama, Mahathir memang pernah mengeluarkan pernyataan pada 2018 silam.

Pernyataan ini ada di dalam berita berbahasa Inggris yang artinya "Perdana Menteri (Mahathir Mohamad) Perdebatkan Pembelajaran Agama untuk Perbaiki Aspek Pendidikan" yang dimuat Malay Mail pada 21 Desember 2018.

"Seseorang telah mengubah kurikulum di sekolah dan sekolah nasional telah menjadi sekolah agama. Mereka (para siswa) mempelajari agama Islam dan tidak dengan lainnya.

Baca Juga: Kebijakan Sekolah Tatap Muka Desember, Anies Baswedan: Prinsip Kita Adalah Keselamatan Bagi Anak

“Hasilnya, mereka yang lulus tidak lancar dalam pelajaran yang berguna untuk mencari pekerjaan, tetapi mereka menjadi ulama yang baik,” ujar Mahathir dikutip PikiranRakyat-Indramayu.com dari Malay Mail.

Pernyataan Mahathir di atas berkenaan dengan rencana pengurangan silabus pembelajaran agama di negaranya, bukan di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan di atas, informasi yang menyatakan bahwa “Mahathir Mohamad menyebut pendidikan di Indonesia terlalu banyak belajar agama” adalah hoaks. Kategorinya adalah disinformasi.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Malay Mail Antara

Tags

Terkini

Terpopuler