Berikut Sejarah Dahsyat Asal Mula Desa Cirebon Girang di Kabupaten Cirebon

8 Oktober 2023, 19:02 WIB
Berikut Sejarah Dahsyat Asal Mula Desa Cirebon Girang di Kabupaten Cirebon /Nanang/Galura

INDRAMAYUHITS - Cirebon Girang merupakan salah satu desa di kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon Jawa Barat. 

Desa Cirebon Girang sangat luar biasa terkenal karena sejarahnya, salah satu yang paling kandangnya adalah makam keramat Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan.

Berikut sejarah asal Mula Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun di Kabupaten Cirebon. 

Di kutip dari buku catatan Etnografis Orang-orang Talun, mari simak sejarah Desa Cirebon Girang.

Jika ditelisik, desa Cirebon Girang berdiri sejak tahun 1916. Tetapi jika ditarik lebih jauh, sejarah desa ini sudah terentang dari penanggalan berangka 363 M.

Cerita dibuka dari sebuah kerajaan bernama Indraprasta. Raja pertamanya adalah maha resi Santanu. Ia mulanya seorang Brahmana dari India (daerah sekitaran sungai Gangga). 

Santanu mengungsi ke Nusantara karena negaranya sedang gonjang-ganjing perang saudara dan perebutan kekuasaan. Negara maha resi Santanu mendapat serangan dari raja Magada Samudra Putra. Setelah berlabuh di Nusantara (di pantai barat Pandeglang), ia kawin dengan Dewi Indari, putri dari Dewa Warman VIII. 

Baca Juga: Asal Muasal Desa Ciperna di Kabupaten Cirebon, Ternyata Miliki Sejarah Hebat dan Punya Filosofi yang Bermakna

Setelah menetap dan berkeluarga, maha resi Santanu semakin meluas pengaruh sosialnya. Akhirnya, ia pun mendirikan wilayah pemerintahan sendiri dengan nama kerajaan “Indraprasta”.

Secara pemerintahan, Indraprasta dipimpin oleh raja Santanu, raja Jayastayanagara, raja Wijayabanyu, raja Warnadewaji, raja Braksahariwangsa, Tirta Manggala, Asta Dewa, Jayapranagara, Raja Resi Padmayasa, Andaphuana, Wisnamurti, Tunggal Nagara, terakhir Padma Hariwangsa. 

Padma Hariwangsa memiliki tiga putra, yaitu: pertama, Citra Kirana yang kawin dengan Purbasora dari Krajaan Galumpang; kedua, Wiratara menjadi Raja Indraprasta ke-16, dan ketiga, Sangga Kirana menjadi istri Adipati Kusala dari Kerajaan Wanagiri (bawahan Kerajaan Indraprasta). 

Wiratara adalah raja terakhir Indraprasta. Di bawah kepemimpinan Wiratara, Indraprasta membantu Purbasora dalam perebutan tahta Kerajaan Galuh. 

Galuh saat itu dipimpin oleh raja Bratasenawa (Sena). Setelah kalah, Sena mengungsi ke Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Hal ini karena istrinya, dewi Parwati, adalah putri dari kerajaan Kalingga.

Ketika kerajaan Galuh berganti raja. Sanjaya yang dulunya terusir, berhasil naik tahta. Sanjaya pun mengambil langkah balas dendam.

Indraprasta yang dulunya membantu Purbasora naik tahta, digempur habis-habisan oleh pasukan Sanjaya. 

Indraprasta hancur nyaris tanpa sisa.Setelah Indraprasta hancur, pusat kekuasaan pindah ke kerajaan Wanagiri di bawah Adipati Kusala, kemudian digantikan oleh putranya bernama Raksa Dewa.

Dalam naskah-naskah milik pangeran Wangsakerta, tercatat bahwa raja Wanagiri terakhir adalah Ganggapermana. Dan dialah yang dianggap sebagai raja pertama kerajaan Carbon Girang. 

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Pergunu, serta Cara Mendaftarkan Keanggotaannya

Putri Ganggapermana bernama Ratna Kirana diperistri oleh Giri Dewata yang dikenal dengan sebutan KI Ageng Kasmaya. Ia putra dari prabu Bunisora Suradipati (adik dan pengganti Prabu Maha Raja Lingga Buana yang gugur di Bubat).

Burnisora Suradipati mempunyai 3 (tiga) orang putra. Pertama, Giri Dewata berjejuluk Ki Ageng Kasmaya (1347-1437 M). Kedua, Bratalegawa. Ia menikah dengan wanita muslim dari Gujarat yang bernama Farhana. 

Setelah menunaikan ibadah haji bersama istrinya, ia bergelar H. Baharuddin Al Jawi. Di Galuh ia disebut H. Purwa. Ketiga, ratu Barnawati.

Giri Dewata (Ki Ageng Kasmaya) mempunyai banyak keturunan. Pertama, Ki Gedeng Carbon Girang yang kelak menggantikan ayahnya. Putrinya bernama Arumsari menjadi istri Ki Danusela. 

Kedua, Ki Ageng Sanggarung yang kemudian menjadi raja Losari. Ketiga, Indang Sakati menjadi istri Ki Ageng Surawijaya Sakti, ratu Singapura. 

Kempat, Lara Ruda menjadi istri Ki Dampu Awang dari Campa. Kelima, Ratna Kranjang menjadi istri Ki Ageng Tapa ( Jumarjan Jati).

Setelah wangsa Indraprasta dan Wanagiri berakhir, satu kerajaan besar yang berpengaruh adalah kerajaan Padjajaran. Satu nama penting dari raja-raja Padjajaran adalah sang prabu Siliwangi. 

Prabu Siliwangi menikah dengan Nyai Mas Subang Larang atau Subang Krancang,

dikaruniai 3 (tiga) orang anak:

 1. Walangsungsang ( lahir 1423 M ).

  2. Nyai Mas Rara Santang ( lahir 1427 ).

  3. Raja Senggara ( lahir 1429 M ).

Selepas ibunya wafat, Walangsungsang bersama adiknya Rara Santang pergi berkelana, untuk belajar agama Islam. Dalam pengembaraannya itu Walangssungsang bertemu dengan Danuwarsi (masih memeluk agama Sang Hyang). 

Dari pertemuannya ini, Walangsungsang mendapat 9 (sembilan) zimat sebagai bekal:

Baca Juga: Masih Anggap Lulusan PGMI Tidak Bisa Ngajar di SD? Sini Mimin Kasih Tahu Faktanya!

1) Zimat Watu Ali-ali Ampel.

2) Zimat Klambi Kamamayan.

3) Zimat Klambi Pangasihan

4) Zimat Kalmbi Pengambaran.

5) Zimat Ilmu Kadiwan.

6) Zimat Kapilisan.

7) Zimat Kateguhan.

8) Zimat Pangirutan.

9) Zimat Golok Cabang.

Selain mendapatkan piranti kesaktian, ia dinikahkan dengan putri Ki Danuwarsi, yaitu Nyi Endang Geulis. 

Dari pernikahan ini lahir seorang putri bernama Pakung Wati. Kelak Pakung Wati ini menjadi permaisuri Sunan Gunung Jati.

Pengembaraan selanjutnya, Walangsungsang bertemu dengan Sang Hyang Naga. Ia diberikan 7 (tujuh) buah zimat :

1) Zimat Ilmu Kesakten

2) Zimat Ilmu Kalimunan

3) Zimat Aji Titi Murti

4) Zimat Klambi Waring

5) Zimat Topong Waring

6) Zimat Umbul-umbul Waring

7) Zimat Badong Batok Bolu

Sang Hyang Naga memberi petunjuk untuk menemui Sang Hyang Bangau di Gunung Cangak (Carbon Girang). Disini Walangsungsang

mendapat 3 (tiga) buah Zimat.

1) Zimat Piring Panjang

2) Zimat Pendil dan,

3) Zimat Bareng

Atas petunjuk Sang Hyang Bangau, Walangsungsang beserta istri dan adiknya menuju ke gunung Amparan Jati untuk berguru agama Islam kepada Syekh Nurul Jati.

Lulus dari Amparan Jati, Walangsungsang mendapat jejuluk Ki Somadullah. Bersama Ki Danusela, ia lantas membuka lahan di wilayah pesisiran. Momen tersebut terjadi pada tanggal 14 Kresnapaksa bulan Caitra tahun 1367 Saka (kira-kira 8 April 1445 M, atau menurut kalender Hijriyah sekitar 29 Zulhijah 848 atau 1 Muharam 849 H). 

Lahan baru ini diberi nama Carbon Larang sebagai kembaran dari “Carbon Girang” yang ada di pegunungan.

Penguasa Carbon Girang adalah Ki Gedeng Kasmaya yang digantikan oleh putranya Ki Gedeng Carbon Girang. Seiring waktu, Carbon Girang pun tertulis menjadi “Cirebon Girang”. Sebuah desa yang masuk wilayah administratif kabupaten Cirebon. Sampai tahun 2017, tercatat nama-nama kepala desa Carbon

Girang sebagai berikut:

Baca Juga: Di Antara Mayoritas Bahasa Jawa, Desa di Indramayu Ini Justru Menggunakan Sunda, Kok Bisa?

1) Sireng.

2) Sra’il.

3) Kadma.

4) Warsita atau Sakrib.

5) Salya (1944–1968).

6) H. Mohammad Amin (1968–1989).

7) H. Uci Sanusi (1989–1998).

8) Amad (1998–2001).

9) Tarmidi (2001–2011).

10) Ja’a Selamet Salamudin (2011–2017).

11) Saroni (2017). ***

 

Editor: Aris Maya

Tags

Terkini

Terpopuler