Ilmuwan AS Temukan Planet 'Neraka', Panasnya Mencapai Ribuan Derajat, Hujannya Terbuat dari Bebatuan

- 9 November 2020, 12:42 WIB
Ilustrasi neraka
Ilustrasi neraka /pixabay/947051
 
PR INDRAMAYU - Para ilmuwan asal New York Amerika Serikat, baru-baru ini mengumumkan penemuan baru planet yang tak biasa dan belum pernah ditemukan sebelumnya.
 
Mereka dilaporkan menemukan planet yang sangat panas yang terletak beberapa ratus tahun cahaya dari planet yang kita pijak, Bumi.
 
Sebagaimana diberitakan PikiranRakyat-Pangandaran.com dengan judul 'Geger Planet 'Neraka' Ditemukan Ilmuwan, Panasnya Capai 2900 Derajat Celcius, Hujannya Bebatuan', planet 'neraka' ini disebut-sebut memiliki suhu yang sangat ekstrem yang pernah terdeteksi.
 
 
Melansir media World of Buzz dan CBS News, lautan di planet ini terbuat dari lava cair, anginnya mencapai kecepatan supersonik, dan hujannya terbuat dari bebatuan. 
 
Para ilmuwan menyebut planet aneh ini sebagai salah satu yang paling ekstrem yang pernah ditemukan.
 
Diterbitkan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, Volume 499, Issue 4, para ilmuwan dari Universitas McGill, Universitas York dan Institut Pendidikan Sains India menamainya dengan nama planet neraka 'K2-141b'. 
 
 
Ukurannya mirip dengan Bumi. Planet ini juga memiliki permukaan, lautan, dan atmosfer yang semuanya terbuat dari bebatuan.
 
K2-141b mengorbit bintangnya pada jarak yang sangat dekat sehingga sebagian besar terdiri dari lautan lava yang mengalir. 
 
Selain itu, karena kedekatannya dengan matahari, siang hari planet selalu mengalami hal yang sama sekitar 66,6% dari permukaannya, mencapai suhu hingga 2900 derajat celcius. 
 
 
Ini karena tarikan gravitasi mataharinya mengunci planet di tempatnya, artinya sisi yang sama selalu menghadap pusat tata surya tersebut.
 
Sementara itu, sisi gelap permanen planet ini sangat dingin, mencapai suhu serendah -165 derajat celsius.
 
"Studi ini adalah yang pertama memprediksi tentang kondisi cuaca di K2-141b yang dapat dideteksi dari jarak ratusan tahun cahaya dengan teleskop generasi berikutnya seperti James Webb Space Telescope," kata penulis utama Giang Nguyen dalam rilis berita ini. 
 
 
"Penemuan kami kemungkinan berarti bahwa atmosfer meluas sedikit di luar pantai laut magma, membuatnya lebih mudah dikenali dengan teleskop luar angkasa," kata rekan penulis Nicolas Cowan.
 
Aliran lautan magma dari sisi malam ke sisi siang lebih lambat, peneliti memperkirakan komposisi mineral akan berubah seiring waktu, yang akhirnya mengubah permukaan dan atmosfer planet sepenuhnya.
 
"Semua planet berbatu, termasuk Bumi, dimulai sebagai dunia cair tetapi kemudian dengan cepat mendingin dan memadat. Planet lava memberi kita gambaran langka pada tahap evolusi planet ini," kata Cowan.
 
Para ilmuwan berharap bisa ebih memverifikasi pengamatan mereka ketika Teleskop Luar Angkasa James Webb yang sangat dinanti diluncurkan pada tahun 2021.*** (Muhammad Faizal Kustendi/PR Pangandaran)

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: PR Pangandaran


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x