Peneliti Amerika Serikat: TikTok Jadi Wadah Aspirasi Politik di Asia Tenggara

- 2 Maret 2021, 09:05 WIB
Peneliti Amerika Serikat mengungkap bahwa TikTok menjadi wadah aspirasi politik di Asia Tenggara yakni Indonesia, Thailand, dan Myanmar.
Peneliti Amerika Serikat mengungkap bahwa TikTok menjadi wadah aspirasi politik di Asia Tenggara yakni Indonesia, Thailand, dan Myanmar. /Freepik/Dinda

PR INDRAMAYU – Peneliti dari Northern State University, Amerika Serikat (AS), Nuurrianti Jalli, menyatakan aplikasi TikTok menjadi wadah aspirasi politik di Asia Tenggara.

Menurut peneliti Northern State University Amerika Serikat tersebut, TikTok di negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, dan Myanmar berperan dalam menjadi wadah aspirasi politik.

Di Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, dan Myanmar, TikTok menjadi wadah bagi kaum muda dalam menyerukan aspirasi mereka, demikian hasil riset peneliti Northern State University, Amerika Serikat.

Baca Juga: 10 Manfaat Nyata Daun Mint, Bantu Turunkan Berat Badan hingga Kurangi Stres

Nuurrianti Jalil sebagai peneliti Northern State University, Amerika Serikat, menyatakan konten politik dalam TikTok dari Asia Tenggara menyebar ke penjuru dunia.

Dilansir PikiranRakyat-Indramayu.com dari The Conversation, riset Nurrianti Jalil dilakukan sejak 15 Januari hingga 15 Februari 2021.

Dengan teknik bola salju, Nuurrianti Jalil menggunakan kata kunci seperti ‘omnibuslaw’, ‘thaiprotest’, dan ‘myanmarprotest’ untuk menemukan video terkait.

Baca Juga: Ramalan Zodiak yang Kurang Beruntung Bulan Maret 2021, Leo Banyak Merasa Sedih

Selain itu, peneliti juga mengumpulkan tanda pagar (tagar) populer pada video yang paling banyak dilihat di Tiktok.

“Kenapa teknik ini digunakan? Karena sejauh ini belum ada alat yang bisa secara spesifik mengumpulkan data di TikTok, tidak seperti media sosial lainnya yakni Facebook, Twitter, Youtube, atau Reddit,” ujar Nuurrianti Jalil.

Algoritme pada Tiktok ternyata bisa menaikkan jumlah view melalui promosi organik sehingga bisa menjadi alat politik strategis.

Baca Juga: Bali Punya Destinasi Wisata Baru, Pecinta Coklat Wajib Datang Ke Tempat Ini!

“Algoritme yang ada juga dapat membuat audiens di luar Asia Tenggara untuk ikut aktif di konten tersebut melalui berbagai interaksi dan likes melalui ‘for you page’ di TikTok atau akrab disebut ‘fyp’,” ujar Nurrianti Jalil.

“Dengan algoritme ini, konten politis yang disebar oleh pengguna TikTok dapat membuka diskusi komentar bukan hanya untuk pengguna lokal, tapi bisa sampai ke negara di Eropa dan Amerika,” ujarnya melanjutkan.

Contohnya adalah video demo di Thailand yang disebar oleh pengunjuk rasa lalu diangkat oleh kreator konten dari benua Amerika Latin.

Baca Juga: Dialami Beberapa Orang, Apakah Alergi Dapat Disembuhkan? Berikut Ulasannya

Pada akhirnya video populer di TikTok bisa semakin dilihat orang banyak bahkan diangkat oleh pembuat konten dari negara lain.

“Berdasarkan pengamatan saya, media sosial lain seperti Facebook, Twitter, dan Youtube juga merekam fenomena yang sama, tapi tidak ada yang memberikan jangkauan seluas TikTok,” ujar Nurrianti Jalil.

“Saya percaya algoritme unik TikTok yang mendukung konten berdasarkan interaksi, ketertarikan, dan eksplorasi pengguna di aplikasi, membuatnya bisa lebih viral dibanding dengan media sosial yang lain,” ujarnya melanjutkan.

Baca Juga: Telah Sembuh dari Covid-19? Simak Syarat Jadi Pendonor Plasma Konvalesen

TikTok pun bisa menjadi wadah terkini untuk aspirasi politik anak muda dan ruang diskusi yang tidak terbatas pada batas geografis negara.

Kini aplikasi yang telah muncul sejak September 2016 tersebut memiliki pengguna mencapai 800 juta di seluruh dunia per Januari 2020.***

Editor: Irwan Suherman

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x