Meneladani Rosulullah SAW Ketika Berdagang, Hal Ini yang Tidak Boleh Dilakukan Penjual

- 27 Maret 2022, 21:19 WIB
Meneladani kejujuran Rosulullah SAW saat berdagang
Meneladani kejujuran Rosulullah SAW saat berdagang /NU Online

INDRAMAYUHITS - Di era digital seperti sekarang ini setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi, membuat dan menyebarkannya, maka perlu dibarengi dengan sifat jujur agar tidak mudah menyebarkan informasi bohong.

Dikutip dari NU Onlie pada Minggu, sikap jujur dan kejujuran harus berangkat dari individu. Jujur ini sudah tentu berdampak pada kehidupan secara luas, karena ke mana pun melangkah, apapun yang terucap, dan bagaimana pun berperilaku, penting bagi manusia menjunjung tinggi kejujuran.

Dalam buku Khutbah-khutbah Imam Besar (2018), Prof Dr KH Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa Nabi Muhammad pernah menegaskan 'ibda’ bi nafsik (mulailah dari diri sendiri). Dalam Al-Qur’an juga ada penegasan, kafa bi nafsik al-yauma hasiba (cukuplah dirimu sendiri sebagai penghisab, penentu terhadapmu).

Baca Juga: Jonatan Christie Sudahi Paceklik Juara Indonesia di Swiss Open

Dari penegasan Nabi Muhammad dan wahyu Allah swt tersebut menggambarkan bahwa pada akhirnya diri pribadi manusia yang lebih tahu, apakah sesungguhnya diri pribadi manusia menjadi faktor terjadinya sebuah konflik dikarenakan kebohongan yang kita sebarkan.

Oleh kaum Quraisy pra-Islam, Nabi Muhammad saw mendapat julukan Al-Amin, orang yang dapat dipercaya, artinya manusia yang sangat jujur hingga mendapat predikat terhormat di antara kaumnya.

Muhammad memulainya dari sendiri dan berdampak pada kebaikan untuk orang lain dan orang-orang di sekitarnya. Muhammad muda (12 tahun) kerap mengikuti pamannya Abdul Muthalib untuk berdagang. Bahkan kadang-kadang ia ikut berdagang hingga ke negeri jauh seperti Syam (Suriah).

Baca Juga: KECEWA Perusahaan Medsos Sarat Propaganda, Elon Musk Siapkan Platform Pesaing Twitter, Facebook dan Youtube

Diceritakan dalam Sirah Nabawiyah, tidak seperti pedagang pada umumnya, dalam berdagang Muhammad dikenal sangat jujur, tidak pernah menipu baik pembeli maupun majikannya. Muhammad juga tidak pernah mengurangi timbangan atau pun takaran.

Muhammad juga tidak pernah memberikan janji-janji yang berlebihan, apalagi bersumpah palsu. Semua transaksi dilakukan atas dasar sukarela, diiringi dengan ijab kabul.

Muhammad pernah tidak melakukan sumpah untuk meyakinkan  apa yang dikatakannya, termasuk menggunakan nama Tuhan.

Halaman:

Editor: Ahmad Asari

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah